Rudal Iran Diklaim Bisa Hantam Kapal Induk AS dengan Mudah

Rabu, 19 Juni 2019 - 09:18 WIB
Rudal Iran Diklaim Bisa Hantam Kapal Induk AS dengan Mudah
AS mengirim kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln dan satu skuadron pembom ke Teluk Persia. Foto/Istimewa
A A A
TEHERAN - Iran membuat statemen baru terhadap Amerika Serikat (AS). Rudal balistik berpresisi tinggi Iran mampu dengan mudah menghantam kapal induk AS yang berada di laut. Demikian pernyataan yang dilontarkan komandan pasukan Garda Revolusi Iran Hossein Salami ditengah ketegangan dua negara.

Dalam pidato yang disiarkan televisi Iran, Salami mengatakan teknologi rudal buatan dalam negeri Iran telah mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah.

"Rudal-rudal ini dapat menghantam kapal induk di laut dengan presisi yang tepat. Mereka diproduksi di dalam negeri dan sulit untuk dicegat serta dihantam dengan rudal lain," kata Salami seperti dilansir dari Sputnik, Rabu (19/6/2019).

Salami tidak merinci jenis rudal yang dia maksud. Pernyataannya mengikuti komentar minggu lalu oleh komandan pasukan pertahanan Iran yang memperingatkan musuh untuk tinggal sejauh mungkin dari perbatasan Iran di tengah lonjakan ketegangan regional.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa AS akan melanjutkan kampanye tekanan terhadap Iran dalam upaya untuk mencegah agresi. Tetapi ia menambahkan bahwa AS tidak ingin memulai perang.

"Presiden Trump tidak menginginkan perang dan kami akan terus mengkomunikasikan pesan itu sambil melakukan hal-hal yang diperlukan untuk melindungi kepentingan Amerika di kawasan Timur Tengah," kata Pompeo, berbicara kepada wartawan di Pangkalan Angkatan Udara MacDill di Florida.

Iran telah membangun gudang persenjataan teknologi rudal dalam negeri selama bertahun-tahun, termasuk Sayyad 2 dan Sayyad 3, dan berbagai rudal permukaan ke udara dan rudal anti-kapal. Awal tahun ini, Teheran meluncurkan rudal jelajah jarak menengah Hoveyzeh di sebuah pameran pertahanan.

Senjata itu dikatakan memiliki jangkauan lebih dari 1.350 km, memberikan jangkauan luas ke Timur Tengah, dan dikatakan mampu terbang dengan ketinggian rendah, di bawah radar musuh.

Ketegangan antara Iran dan AS meningkat ke level tertinggi dalam beberapa pekan lalu menyusul serangan sabotase terhadap dua tanker di Teluk Oman, tak jauh dari pantai Iran. AS segera menyalahkan Iran atas serangan itu, menuduh bahwa Teheran adalah satu-satunya negara dengan sumber daya dan kecakapan untuk bertindak dengan tingkat kecanggihan yang tinggi.

Teheran mengecam Washington atas tuduhannya, dengan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan AS membuat klaimnya tanpa sedikit pun bukti faktual atau tak langsung.

Sekutu-sekutu besar AS, Jerman, Prancis, dan Jepang serta Rusia dan China mendesak pengekangan. Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi memperingatkan bahwa keputusan AS untuk mengerahkan 1.000 tentara lebih banyak ke Timur Tengah melawan Iran atas insiden kapal tanker mengancam akan membuka "Kotak Pandora" dengan konsekuensi yang tidak diinginkan dan tidak terduga.

Hubungan Iran-AS memburuk pada Mei 2018, setelah AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan menghantam negara itu dengan sanksi energi dan perbankan yang keras. Sebagai tanggapan, bulan lalu, pada peringatan satu tahun keluarnya AS dari perjanjian nuklir, Iran mengumumkan bahwa mereka akan menarik diri dari beberapa komitmen perjanjian nuklir. Namun Teheran telah menekankan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk mengejar senjata nuklir.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9216 seconds (0.1#10.140)