Cerita Muncikari Sunan Kuning Tolak Penutupan Lokalisasi

Selasa, 18 Juni 2019 - 22:35 WIB
Cerita Muncikari Sunan Kuning Tolak Penutupan Lokalisasi
Pemerintah melakukan sosialisasi penutupan lokalisasi Sunan Kuning di Balai RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Selasa (18/6/2019). FOTO/iNews TV/ Taufik Budi
A A A
SEMARANG - Perempuan itu biasa disapa Mami Ayu (42). Dia dikenal sebagai salah satu muncikari di kawasan Resosialisasi Argorejo atau lokalisasi Sunan Kuning di Kelurahan Kalibanteng, Semarang Barat, Kota Semarang.

Meski kerut wajahnya mulai terlihat, namun garis-garis kecantikan masih tampak jelas dari perempuan berambut sebahu itu. Tutur bahasanya juga renyah. Senyum selalu menghias di bibirnya yang dipoles dengan lipstik warna merah.

“Seandainya lelaki pengen esek-esek apa harus ke hotel terus? Tidak mungkin!,” tegas Ayu saat memberikan pendapatnya pada saat sosialisasi penutupan lokalisasi Sunan Kuning di Balai RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Selasa (18/6/2019).

Perempuan yang sudah 10 tahun mengais rezeki dari jasa kenikmatan sesaat ini menyampaikan, penutupan lokalisasi justru akan menimbulkan permasalahan baru. Wanita pekerja seks (WPS) yang selama ini berada di kawasan tertentu akan liar hingga sulit diawasi.

“Tidak semudah itu (menutup Sunan Kuning), tidak gampang. Nanti banyak penyakit masyarakat, apa nanti tidak merajalela? Yang di sini penyakitnya otomatis berkurang, ada VCT, screening. Apa di luar itu ada?” ujarnya berapi-api.

Perempuan asal Temanggung ini mengaku terpaksa mencari nafkah dari bisnis prostitusi. Dia sebelumnya bekerja sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri. Namun saat ditinggal bekerja, suaminya berselingkuh hingga membuatnya frustasi.

“Saya tidak punya suami. Saya dulu kerja di Malaysia. Enggak payu (laku menikah lagi). Payune (lakunya) di sini (Sunan Kuning),” tuturnya kepada petugas Satpol PP Kota Semarang di sela sosialisasi.

“Kalaupun SK (Sunan Kuning) ini enggak ditutup, enggak mungkin kita selamanya di sini. Ya karena belum cukup, belum mampu (berkerja lain). Karena kebetulan masih banyak kebutuhan luar biasa besar, anak sekolah dan sebagainya,” beber dia.

Resosialisasi Argorejo atau Lokalisasi Sunan Kuning rencananya akan ditutup pada Agustus 2019. Bisnis penyedia layanan esek-esek ini semula disebut menyediakan sekira 700 WPS. Namun, saat ini jumlah mulai bekurang menjadi 479 WPS dan 200 muncikari.

“Pemerintah tidak mungkin lepas tangan. Di sini kan mayoritas rumah-rumah penduduk. Berbeda dengan Kalijodo (Jakarta). Kalijodo itu memang aset pemerintah, dibongkar selesai. Di sini enggak bisa. Pasti nanti ada uang saku dari Dinas Sosial,” tandas Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto.

Lokalisasi Sunan Kuning rencananya akan ditutup secara bertahap dimulai pada 5 Juli. Sementara bagi WPS akan mendapatkan bantuan modal usaha sebesar Rp5,5 per orang.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.2226 seconds (0.1#10.140)