Mahasiswa UGM Kembangkan Microbubble Generator Budidaya Ikan Tambak

Selasa, 18 Juni 2019 - 18:30 WIB
Mahasiswa UGM Kembangkan Microbubble Generator Budidaya Ikan Tambak
Mahasiswa UGM memberikan keterangan soal alat budidaya ikan yang mereka dikembangkan di kolam Ikan MBG, Selasa (18/6/2019). FOTO/SINDOnews/PRIYO SETYAWAN
A A A
YOGYAKARTA - Lima mahasiswa UGM berhasil mengembangkan alat microbubble generator (MBG) untuk budidaya ikan tambak yang diberi nama Banno. Alat ini bukan hanya meningkatkan produksi ikan dan kesejahteraan, tapi juga menjaga kualitas lingkungan, terutama limbah kimia dari air tambak.

Lima mahasiswa UGM itu terdiri dari Azellia Alma Shafira (Manajemen 2016), Muhammad Adlan Hawari (Elektronika dan Instrumentasi 2015), dan Fakhrudin Hary Santoso (Perikanan 2015) serta alumni Teknik Mesin 2014 yaitu Katya Dara Ozzilenda Soegiharto dan Ryan Wiratama Bhaskara.

Azellia Alma Shafira mengatakan, pengembangan alat ini karena melihat potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia yang belum diolah secara optimal dan maksimal. Sebab masih mengunakan cara konvensional. Padahal di negara lainnya, terutama di era revolusi industri 4.0 sudah memakai teknologi.

"Karena itu dengan alat ini diharapkan bisa meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani ikan," kata Azellia soal pengembangan alat tersebut di kolam ikan MBG UGM, Selasa (18/6/2019).

Azellia menjelaskan, MBG mengintegrasikan tiga teknologi, yaitu generator, sensor, dan panel surya. Generator untuk menambah oksigen terlarut dalam air, sensor untuk menyalakan generator secara otomatis dan mengukur berapa kadar oksigen yang terlarut serta panel surya sebagai sumber energi.

"Cara kerja, pertama sensor akan mendeteksi kadar oksigen terlarut dalam air, setelah itu mengirimkan ke generator dan menyala otomatis. Jika oksigen sudah cukup alatnya akan otomatis mati," katanya.

Menurut Azellia, dengan meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air, selain akan mempercepat pertumbuhan ikan dan memperpendek masa panen serta meningkatkan hasil panen ikan, juga menjaga lingkungan. Sebab dengan kualitas air limbah dari tambak yang bersih tentunya akan menjaga lingkungan sekitarnya.

"Untuk produksi ikan akan meningkat 40% dan memperpedek masa panen yaitu 3 bulan sekali atau setahun bisa empat kali," katanya.

Keunggulan lainnya alat ini mengunakan sumber energi terbarukan, yaitu dari panel surya. Dengan begitu alat ini dapat digunakan di seluruh Indonesia, bahkan di daerah yang tidak memiliki akses listrik. Sementara untuk pompa mesin menggunakan daya yang rendah sebesar 85 watt untuk menghemat konsumsi listrik.

Fakhrudin menambahkan alat ini dapat digunakan untuk budidaya ikan nila dan lele dengan ukuran kolam 3 x 4 meter dan kedalaman 80 cm-1,5 meter. Di mana dari 300-600 benih ikan yang ditebar di kolam itu, akan meningkat hingga 40%. Untuk itu, mereka terus melakukan pengembangan alat yang telah dikembangkan sejak tahun 2018 itu.

Terutama akan dengan menambah beberapa fungsi. Di antaranya untuk deteksi tingkat keasaman air (pH). "Kami berharapan dengan Banoo ini petani ikan dapat secara mandiri memperoleh sumber pangan dan mata pencaharian yang berkelanjutan," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2739 seconds (0.1#10.140)