Frekuensi 5G Menurut NASA dan NOAA Bisa Ganggu Prakiraan Cuaca

Minggu, 16 Juni 2019 - 08:00 WIB
Frekuensi 5G Menurut NASA dan NOAA Bisa Ganggu Prakiraan Cuaca
Tampak salah satu citra satelit dalam prakiraan cuaca yang dilakukan NOAA. Bersama NASA, mereka khawatir frekuensi 5G bisa mengganggu prakiraan cuaca. Foto/IST
A A A
HOUSTON - Ars Technica membuat sebuah laporan dan menguraikan implikasi dari kurangnya penelitian yang dilakukan terhadap frekuensi 5G. Hal ini mengarah pada pelelangan spektrum nirkabel terbaru kepada para operator yang ingin membangun jaringan internet supercepat itu.

Lelang ini berjalan, meskipun ada potensi keadaan kontroversial. Mengapa kontroversial? Karena banyak ahli memperingatkan transmisi seluler pada pita 24GHz dapat secara signifikan mengurangi keakuratan prakiraan cuaca.

Prakiraan cuaca dilakukan dengan mengukur jumlah radiasi yang dipancarkan dari uap air. Radiasi ini terlihat pada spektrum sekitar 23,8Ghz dan kekhawatirannya adalah bahwa transmisi berat pada pita yang berdekatan -misalnya pita 24GHz dilelang ke beberapa operator- mengganggu kemampuan untuk melihat uap air seperti yang peneliti lakukan sekarang.

Baik NOAA (Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional) dan NASA berpendapat, batas emisi out-of-band FCC yang diizinkan dari -20dB terlalu tinggi. "Oleh karena itu bisa menyebabkan sekitar 77% kehilangan data dari sampel microwave pasif kami," ungkap Asisten Sekretaris NOAA, Neil Jacobs pada sidang Kongres seperti dilansir dari GSM Arena.

NOAA adalah badan yang menangani peramalan cuaca utama, termasuk badai. Mereka berpendapat, jika FCC akan mengurangi batas out-of-band menjadi -50dB, itu tidak akan mengganggu hilangnya data. Data ini sangat penting saat melacak badai, terutama ketika badai diperkirakan akan mendarat. "Ini bisa mengurangi perkiraan waktu tunggu hingga tiga hari," sebut Jacobs.

Sementara itu, Chairman Federal Communications Commission (FCC) AS, Ajit Pai berpendapat, ketika pertama kali meminta agen-agen AS untuk memberikan masukan mereka pada pita 24GHz pada 2017 lalu, dirinya tidak menerima kekhawatiran yang kredibel. "Asumsi-asumsi yang dengan jelas mendasari studi itu begitu cacat, sehingga membuat studi itu, paling tidak dalam pandangan kami, tidak berarti," kata Pai kepada anggota parlemen.

Terlebih lagi, klaim Pai, dia tidak menerima informasi tentang studi yang menunjukkan batas -20dB terlalu tinggi. Pai juga berpendapat sinyal 5G menggunakan beamforms yang akan secara tepat mengirim sinyal 5G. "Ini, selain pemisahan sensor cuaca 250Mhz akan baik-baik saja agar sensor cuaca pasif berfungsi," katanya.

Sepertinya Administrasi AS di bawah Presiden Trump begitu cepat melancarkan peluncuran 5G, sehingga mengabaikan banyak pekerjaan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan penting FCC.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8545 seconds (0.1#10.140)