Siswa Demo Yayasan, Ini Kata Kepala SMK Wira Samudera Semarang

Kamis, 10 Januari 2019 - 17:52 WIB
Siswa Demo Yayasan, Ini Kata Kepala SMK Wira Samudera Semarang
SMK Pelayaran Wira Samudera Semarang berunjuk rasa menuntut kejelasan pembangunan laboratorium sebagai penunjang pendidikan. FOTO/SINDOnews/AHMAD ANTONI
A A A
SEMARANG - Kepala SMK Pelayaran Wira Samudera Indri Desiyanti menanggapi unjuk rasa yang digelar oleh ratusan siswanya di sekolah Jalan Kokrosono 70 Semarang, Kamis (10/1/2019).

Indri berjanji sesegera menindaklanjuti tuntutan maupun harapan para siswanya. Pihaknya bersama yayasan akan melakukan koordinasi untuk memenuhi apa yang menjadi harapan para siswanya. "Saya berharap dalam kurun waktu kurang dari satu bulan sudah menghasilkan keputusan yang terbaik untuk kepentingan bersama," kata Indri Desiyanti.

"Maksimal 1 bulan akan kami koordinasikan dulu, begitu ada hasil kami undang beberapa siswa untuk melakukan audiensi tahap selanjutnya," imbuhnya. Namun, Indri yang baru tiga bulan menjabat Kepala SMK Wira Samudera ini mengaku akan sangat hati-hati dalam menyikapi suatu permasalahan. (Baca Juga: Demo Yayasan, Ratusan Siswa SMK Wira Samudera Menangis Histeris
Di sisi lain, dia menyampaikan terima kasih kepada para siswa karena telah menyampaikan aspirasinya yang bisa menjadi bahan acauan perbaikan sekolah agar menjadi lebih baik lagi. "Kami berharap mulai besok kegiatan belajar bisa berjalan efektif lagi," katanya.

Sementara, salah seorang alumni 2018, Pawestri Wulan menjelaskan, unjuk rasa dilakukan untuk menyampaikan aspirasi bersama guna meminta pertanggungjawaban atas pembongkaran ruangan praktik pada akhir 2017 lalu.

"Lihat saja sudah dibongkar 1 tahun yang lalu, tapi sampai sekarang belum juga ada proses pembangunan, katanya saja mau dibenahi supaya lebih baik lagi," kata Wulan. (Baca Juga: Mediasi Gagal, Nasib 233 Siswa SMK Wira Samudera Tak Jelas
Dia menyatakan, dampak pembongkaran para siswa kini tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan praktik. "Ruangan yang dibongkar tak kunjung diperbaiki, alat-alat terpaksa kami pindahkan di depan kelas," katanya.

Para siswa merasa khawatir ketidakefektifan proses belajar akan berdampak terhadap pencabutan atau pembekuan izin approval. "Jelas KBM sangat terganggu, teori dan praktik bercampur dalam 1 lokasi, apalagi sekarang 1 ruang kelas diisi lebih dari 30 orang, tidak kondusif," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.6993 seconds (0.1#10.140)