Pemuda Pekalongan Lumpuh Puluhan Tahun Tergeletak di Lantai

Kamis, 13 Juni 2019 - 14:41 WIB
Pemuda Pekalongan Lumpuh Puluhan Tahun Tergeletak di Lantai
Pemuda Desa Tengeng Wetan, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan puluhan tahun menderita lumpuh tanpa penanganan layak. FOTO/iNews/SURYONO SUKARNO
A A A
PEKALONGAN - Seorang pemuda warga Desa Tengeng Wetan, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, Nuryadin (39), puluhan tahun menderita lumpuh tanpa penanganan layak. Lantaran berasal dari keluarga tidak mampu, dia hanya tergeletak di lantai tanpa alas. Untuk bertahan hidup, Nuryadin mengandalkan belas kasian tetangga.

Nuryadin diketahui lumpuh sejak bayi. Kaki dan tangan anak sulung Ny Maimunah itu tidak bisa digerakan, termasuk untuk duduk. Ditambah lagi dia juga tidak bisa berkomunikasi.

Ny Maimunah menuturkan, Nuryadin sebenarnya lahir normal seperti anak lainnya. Menginjak usia hampir setahun, Nuryadin mengalami panas tinggi, dan setelah itu tak bisa beraktifitas.

"Saya sempat membawa ke puskesmas beberapa kali tapi tak ada perkembangan bagus," tutur Ny Maimunah kepada wartawan, Kamis (13/6/2019).

Lantaran keterbatasan ekonomi, Ny Maimunah tidak membawa Nuryadin ke rumah sakit atau lembaga medis untuk pengobatan lebih intensif. Anak pertamanya itu dibiarkan tergeletak lumpuh.

"Semua aktivitas harus dibantu, digendong jika pindah, untuk makan disuapi dan mandi juga dimandikan," ungkap Maimunah.

Pemuda Pekalongan Lumpuh Puluhan Tahun Tergeletak di Lantai


Nuryadin hanya tinggal bertiga di rumahnya yang sederhana bersama ibu dan adiknya. Saudara yang lain bekerja di Jakarta tapi karena kondisi perekonomiannya juga pas-pasan sehingga tidak bisa membantunya.

Menurut Maimunah, selama ini keluarganya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Untuk kebutuhan sehari-hari, keluarganya hanya bertahan dari kerja serabutan dan bantuan tetangga atau dermawan.

Purwo Aji, relawan Kabupaten Pekalongan mengatakan, lantaran puluhan tahun tidak mendapat penanganan, kaki dan tangan Nuryadin mengecil tak bisa digerakan.

"Kami baru mendapat laporan dan langsung mengusahakan kursi roda agar bisa sedikit membantu aktivitasnya, namun karena kesulitan duduk sehingga juga harus ada pendampingan atau terapi," Purwo.

Keluarga ini memang terdaftar sebagai keluarga prasejahtera dan sudah memiliki kartu Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

"Dari pemprov akan ada bantuan Rp250.000 per bulan dan dari pemerintah desa membantu biaya makan Rp10.000 per hari. Adapun pemerintah kabupaten akan mengupayakan mencari bantuan guna kebutuhan sehari-hari," kata Purwo Aji.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.1735 seconds (0.1#10.140)