Syawalan, 105 Balon Udara Hiasi Langit Pekalongan

Rabu, 12 Juni 2019 - 10:24 WIB
Syawalan, 105 Balon Udara Hiasi Langit Pekalongan
Kemeriahan Java Balon Festival yang diikuti 105 peserta dengan menambatkan balon udaranya di Stadion Hoegeng Pekalongan, Rabu (12/6/2019). FOTO/IST
A A A
PEKALONGAN - Ratusan balon udara menghiasi langit Kota Pekalongan sebagai agenda tahunan merayakan Lebaran Idul Fitri 1440 H. Gelaran Java Balon Festival ini diikuti 105 peserta yang menambatkan balon udaranya di Stadion Hoegeng Pekalongan, Rabu (12/6/2019).

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yakin pelaksanaan salah satu tradisi syawalan ini bisa jadi jujugan pariwisata di Kota Pekalongan. Menariknya, selain menampilkan ciri khas Pekalongan dengan batiknya, balon udara yang diterbangkan hadir dengan berbagai model bahkan ada peserta yang sengaja membuat model bus.

"Ini ada destinasi wisata baru di Kota Pekalongan. Karena semua balonnya menarik, kreasinya bagus-bagus dengan ciri khas Pekalongan," kata Ganjar.

Selain kreasi balon, yang membuat Ganjar terpukau pada Java Balon Festival adalah semangat warga. Semua peserta mengenakan kostum yang unik, bahkan didukung pula dengan supporter yang tidak kalah menarik.

"Ini bisa dijadikan contoh bagi daerah lain yang punya tradisi syawalan serupa. Di Wonosobo juga ada tradisi seperti ini. Nah jika semua tempat melakukan tradisi dengan kreasi seperti ini akan mampu memajukan wilayahnya," katanya.

Syawalan, 105 Balon Udara Hiasi Langit Pekalongan


Acara tersebut merupakan hasil rembugan antara Ganjar dengan Menteri Perhubungan. Ada dua sisi dilematis ketika menjelang perayaan syawalan, khususnya di Kota Pekalongan dan di Wonosobo. Karena di dua daerah tersebut punya tradisi menerbangkan balon, bahkan ada balon terbang yang sengaja diberi petasan untuk menarik perhatian.

"Di satu sisi penerbangan balon itu sebagai tradisi, namun di sisi lain balon yang terbang itu membahayakan penerbangan. Bahkan petasan yang ditaruh itu juga membahayakan. Karena pernah ada kejadian petasannya menggunakan gas tabung, membahayakan yang di bawah bahkan pernah menimbulkan kebakaran," katanya.

Karena ada sisi yang membahayakan penerbangan, AirNav segera mengambil langkah cepat. Namun tidak serta merta menghapus tradisi tersebut. Dirut AirNav, Novie Riyanto Rahardjo mengatakan kompromi yang dilakukan akhirnya balon tetap diterbangkan namun tidak diliarkan, tetap ditambat di tanah. Hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2018 tentang penggunaan balon udara pada kegiatan budaya masyarakat.

"Oleh karena, kami memfasilitasi masyarakat Pekalongan dengan menggelar Festival Balon tambat (tali). Tradisi tetap berjalan namun penerbangan tetap aman," katanya.

Pada tahun awal dilaksanakan festival tersebut pada tahun lalu, gaung balon tambat memang belum moncer dan menarik minat masyarakat. Untuk itu AirNav memutuskan untuk memberi stimulan. Jajaran pemerintah dilibatkan, hadiah disiapkan dan masyarakat dikumpulkan.

"Pada festival akan menyediakan hadiah Rp70 juta, paket umrah, tiket pesawat, dan beragam doorprize," katanya.

Ternyata dengan begitu minat masyarakat naik bahkan lebih dari dua kali lipat. Hari, salah satu peserta mengatakan sangat antusias mengikuti festival ini. Maka dia bersama 10 kawannya berjibaku menyiapkan kreasi balon seindah mungkin selama dua pekan.

"Siapa tahu dapat hadiah kan lumayan. Ini balonnya sudah terbang dari pukul lima pagi. Harapannya semoga kegiatan ini ada terus setiap tahun dan hadiahnya ditambah," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1669 seconds (0.1#10.140)