Tradisi Syawalan, Warga Boja Kendal Berebut Gunungan Hasil Bumi

Selasa, 11 Juni 2019 - 18:40 WIB
Tradisi Syawalan, Warga Boja Kendal Berebut Gunungan Hasil Bumi
Warga Boja, Kendal berebut gunungan hasil bumi dalam kirab budaya merti desa dan tradisi syawalan, Selasa (11/6/2019) sore. FOTO/iNews/EDDIE PRAYITNO
A A A
KENDAL - Ratusan warga Boja, Kendal saling dorong dan berebut gunungan hasil bumi dalam kirab budaya merti desa dan tradisi syawalan, Selasa (11/6/2019) sore. Tradisi ini digelar sebagai bentuk syukur warga atas limpahan berkah dari Sang Pencipta sekaligus penghormatan kepada Nyi Pandasari yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah Boja.

Dua gunungan berisi hasil bumi dan jajanan tradisional yang disiapkan oleh Pemerintah Desa Boja ini sebelumnya diarak keliling desa. Kirab terdiri dari iring-iringan Nyai Pandasari yang menunggang kuda, diikuti barisan pengawal berpakaian hitam dan putih serta prajurit perempuan. Nyai Pandansari merupakan adik kandung Ki Ageng Pandanaran. Kirab menempuh jarak sekitar 5 kilometer.

Ratusan warga tidak ikut dalam kirab. Mereka menunggu gunungan hasil bumi di kompleks Makam Sedapu atau Nyi Dapu (Nyi Pandasari). Namun belum sampai di depan kompleks makam, warga sudah mulai berebut gunungan hasil bumi berisi sayuran dan buah-buahan. Panitia kewalahan mencegah warga tidak berebut gunungan hasil bumi ini sebelum prosesi syawalan selesai. Warga hanya ingin mendapatkan berkah dari gunungan hasil bumi yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Warga mengaku senang jika bisa mendapatkan sayuran atau buah-buahan walau sedikit. Sayuran yang didapat akan dijadikan sayur dan disantap bersama keluarga. "Saya berharap dengan sayur dari gunungan ini kesejahteraan melimpah," kata Parni, warga Boja yang ikut berebut gunungan hasil bumi, Selasa (11/6/2019) sore.

Kades Boja, Slamet Riyadi mengatakan, kirab merti desa merupakan tradisi tahunan masyarakat Boja untuk menghormati leluhur penyebar agama Islam di wilayah ini. Selain itu, juga sedekah bumi dengan mengarak gunungan hasil bumi.

"Ini bagian dari menghormati leluhur penyebar agama Islam dan juga sedekah bumi atas berkah yang diberikan oleh Sang Pencipta," katanya.

Sementara itu, Camat Boja, Ripurwanto mengartikan gunungan hasil bumi sebagai rasa syukur warga atas limpahan berkah yang selama ini diberikan dari Sang Pencipta.

Usai kirab, sejumlah tokoh agama dan masyarakat Boja menggelar tahlil di makam Nyi Dapu. Tradisi syawalan di Boja merupakan agenda tahunan dan menjadi wisata religi warga Kendal dan sekitarnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4149 seconds (0.1#10.140)