Sebelum Aksi Bom Bunuh Diri di Kartasura, RA Berlatih di Sawah

Rabu, 05 Juni 2019 - 20:16 WIB
Sebelum Aksi Bom Bunuh Diri di Kartasura, RA Berlatih di Sawah
Polisi saat melakukan olah TKP di depan Pos Pantau Polisi di Simpang Tugu Kartasura, Sukoharjo, Senin (2/6) malam lalu. FOTO/IST
A A A
SOLO - Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Almeza Dahniel menyatakan kasus percobaan bom bunuh diri di depan Pos Pantau Polisi di Simpang Tugu Kartasura, Sukoharjo, Senin (2/6/2019) malam lalu, telah selesai dan terungkap. RA (22), warga Dukuh Kranggan Kulon RT 01/RW 02, Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo merupakan pelaku tunggal dan tidak memiliki jaringan.

"Pelaku yang menjadi korban tergeletak adalah pelaku tunggal dan tidak memiliki jaringan. Pelaku ini berbaiat melalui media sosial (medsos) kepada Al-Baghdadi, ISIS," kata Rycko Almeza Dahniel usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pembagian sembako di Gedung Graha Saba Buana Solo, Rabu (5/6/2019) sore.

Sebelumnya, RA menerima doktrin doktrin sampai akhir 2018 akhirnya berbaiat kepada Al Baghdadi. Setelah itu, RA mulai diajari membuat petasan hingga merakit bom dalam skala kecil atau low eksplosif.

Selanjutnya, aksi bom bunuh diri di depan Pos Pantau Tugu Kartasura merupakan perintah dari Al Baghdadi sebagai tindakan amaliyah. Sehingga paham radikal sangat rentan masuk kepada kaum muda, anak-anak dan remaja melalui medsos. Terlebih pelaku dalam keseharian bersikap tertutup. Bahkan dalam kegiatan keseharian, orang tuanya tidak boleh tahu.

RA sebelumnya juga telah mengajak keluarganya untuk mengikuti ajaran dari ISIS. Namun dari pihak keluarga menolak karena mereka tahu bahwa paham itu tidak benar.

Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), semua rangkaian elektronik dan campuran bahan peledak sama dengan yang ditemukan di rumahnya. Selain itu, Polisi juga telah meminta keterangan dari keluarga, pelaku serta data Polri. Polisi juga telah membuka percakapan RA dengan Al-Baghdadi melalui medsos, sehingga RA merupakan pelaku tunggal dan tidak memiliki jaringan.

Fenomena yang terjadi pada RA sebenarnya bukan pertama kali di Indonesia. Sebelumnya di Surabaya, Jawa Timur, kasusnya juga hampir sama. Yakni bapaknya yang berhubungan melalui medsos dengan Al Baghdadi lalu mengajak istri dan membawa anaknya untuk melakukan aksi bom bunuh diri.

Hasil pemantauan CCTV dan pemeriksaan tim Penjinak Bom (Jibom) Gegana Polri, ledakan tidak sempurna, serta cara merakit juga tak sempurna. Sehingga luka yang dialami pelaku terdapat di sekitar tempat menyimpan bom panci yang disimpan di pinggang. Pelaku yang mengalami luka robek di perut, paha, dan tangan kini telah ditahan. "Kondisinya semakin membaik karena lukanya tak serius," katanya.

Sebelum beraksi melakukan bom bunuh diri, RA ternyata telah melakukan percobaan dengan membuat ledakan ledakan kecil di sawah. "Hari-harinya itu aja kerjaannya," ucap Kapolda.

Bom untuk uji coba, perakitannya dilakukan di dalam kamar. Setelah lulus MAN, RA tidak bekerja namun sering meminta uang kepada orang tuanya untuk membeli peralatan elektronik.

Kapolda menghimbau kepada para guru, ustaz, kiai dan pemimpin di sekolah untuk turut mewaspadai radikalisasi melalui medsos. Cara itu ternyata paling efektif karena langsung ke tangan pemegang HP sendiri. Sehingga upaya penyebaran paham radikal bukan hanya melalui orang perorang dan kelompok.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5562 seconds (0.1#10.140)