Laporan Intelijen Jerman Sebut Iran Coba Bikin Senjata Pemusnah Massal

Rabu, 29 Mei 2019 - 08:19 WIB
Laporan Intelijen Jerman Sebut Iran Coba Bikin Senjata Pemusnah Massal
Laporan Intelijen Jerman Sebut Iran Coba Bikin Senjata Pemusnah Massal
A A A
BERLIN - Dalam sebuah laporan intelijen Jerman menuduh Iran sedang berusaha untuk membuat senjata pemusnah massal. Laporan ini muncul di saat negara-negara kekuatan Eropa mengklaim rezim Republik Islam tersebut masih mematuhi perjanjian nuklir 2015.

Fox News memperoleh dokumen intelijen Mei 2019 dari negara bagian Bavaria, Jerman, yang merinci kegiatan untuk membuat senjata "jahat" Iran di negara bagian Jerman selatan selama tahun 2018.

"Iran adalah negara berisiko yang berupaya memperluas persenjataan senjata konvensionalnya dengan senjata pemusnah massal," tulis Badan Bavaria untuk Perlindungan Konstitusi dalam laporan intelijennya. Badan Bavaria adalah lembaga setara dengan FBI Amerika Serikat (AS).

Menurut laporan intelijen tersebut, senjata pemusnah massal didefinisikan sebagai senjata pemusnah massal atom, biologi, dan kimia.

Dalam perjanjian nuklir Iran 2015 yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), rezim Teheran sepakat untuk membatasi pengembangan program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. JCPOA itu diteken Iran dengan enam kekuatan dunia, yakni AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China.

Tetapi AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump menarik diri dari JCPOA, yang diikuti dengan pemulihan sanksi kembali Washington terhadap Teheran.

"Untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan dan komponen yang sesuai, negara-negara ini (Iran, Korea Utara, Pakistan) berusaha untuk menjalin kontak bisnis dengan perusahaan-perusahaan di negara-negara dengan teknologi tinggi seperti Jerman," lanjut laporan intelijen Jerman tersebut.

Menurut laporan setebal 335 halaman yang mencakup ancaman keamanan terhadap Bavaria, polisi bea cukai Jerman mencegah mesin las balok elektronik agar tidak diangkut ke Iran. "Mesin itu dapat digunakan untuk produksi kendaraan peluncuran rudal," imbuh laporan tersebut.

"Sehubungan dengan mesin itu, upaya ekstensif dilakukan untuk menyamarkan pelanggan sebenarnya di Iran," sambung laporan itu, mengutip sebuah perusahaan pengguna akhir di Malaysia. Direktur perusahaan berbasis di Bavaria yang berusaha menjual mesin las itu dihukum karena melanggar undang-undang kontrol ekspor Jerman.

Richard Grenell, Duta Besar AS untuk Jerman, mengatakan kepada Fox News pada hari Selasa (28/5/2019) mengaku mengetahui kegiatan Iran untuk mengumpulkan uang guna kegiatan yang merusak. "Kami tahu rezim Iran sedang mencari uang untuk mendanai kegiatan merusaknya dan karenanya sangat penting bahwa AS dan sekutu Eropa kami bekerja sama untuk menangkal rezim ini. Mereka menggunakan skema rahasia dan uang gelap; kita harus waspada. Mereka kekurangan uang tunai," ujarnya.

Efraim Zuroff, direktur organisasi hak asasi manusia kantor Simon Wiesenthal Center Israel dan Urusan Eropa Timur, tidak meragukan laporan intelijen tersebut selama berdasarkan fakta.

"Jika ada dasar faktual untuk temuan laporan intelijen Bavaria yang baru diterbitkan, dan saya tidak punya alasan untuk meragukannya, ini harus menjadi seruan untuk pemerintah Jerman dan upaya berkelanjutannya untuk mempertahankan perjanjian nuklir dengan Iran dengan segala cara," katanya kepada Fox News, yang dilansir Rabu (29/5/2019).

"Terlepas dari semua tanda yang menunjukkan banyak kelemahan perjanjian dan kebohongan Iran, pemerintah Jerman secara konsisten berusaha untuk menahan diri dari berurusan dengan Teheran sebagai ancaman genosida terhadap Israel dan promotor teror di seluruh dunia. Saatnya Berlin bangun dan menghadapi kenyataan pahit," ujarnya.

Pemerintah Iran belum berkomentar terkait laporan intelijen Jerman tersebut. Rezim para Mullah tersebut selama ini membantah menjalankan program senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3985 seconds (0.1#10.140)