Dosen UGM Serukan Perdamaian Pasca Kerusuhan Jakarta

Jum'at, 24 Mei 2019 - 16:14 WIB
Dosen UGM Serukan Perdamaian Pasca Kerusuhan Jakarta
Rektor UGM Prof Panut Mulyono memberikan keterangan soal ajakan perdamaian pasca kerusuhan 21-22 Mei 2019 di Balairung UGM, Jumat (24/5/2019). FOTO/DOK.Humas UGM
A A A
YOGYAKARTA - Para dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengajak para elit politik dan seluruh komponen masyarakat untuk menjaga perdamaian, kesatuan, dan persatuan bangsa. Ajakan ini sebagai keprihatinan adanya eskalasi kekerasan saat aksi massa di Jakarta, 21-22 Mei 2019.

Ada lima butir poin penting dalam seruan yang dibacakan Rektor UGM Prof Panut Muyono di Balairung, Kampus UGM, Jumat (24/5/2019). Pertama, para dosen UGM menyerukan kepada para pihak, baik para elit politik dan elemen masyarakat, untuk kembali mengedepankan amanah Proklamasi 17 Agustus 1945. Dua, Kembali ke nilai-nilai kejujuran, integritas dan tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Tiga, bersama-sama menanggalkan sebutan yang kurang patut kepada pihak yang memiliki aspirasi dan preferensi politik yang berbeda. Empat, meninggalkan penyebaran berita bohong dan saling mendiskreditkan antar anak bangsa dan kembali bersatu. Lima, menjunjung persatuan dan kesatuan dan menjunjung integritas untuk bersama-sama membangun Indonesia.

Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, dalam pesta demokrasi, adanya perbedaan preferensi politik adalah hal yang alami, mengingat perbedaan selalu merupakan rahmat. Sehingga apapun aspirasi politik saat pemilu, seyogyanya tidak mengubah komitmen bersama sebagai bagian dari bangsa Indonesia untuk selalu mempertahankan dan memperkuat kesatuan dan persatuan Indonesia. Apalagi banyak tantangan pembangunan yang akan dihadapai ke depannya.

"Kami para dosen UGM menyerukan kepada semua pihak agar kembali memfokuskan diri pada upaya meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia," kata Panut.

Menurut Panut, hal ini hanya dimungkinkan jika semua elemen bangsa memprioritaskan keamanan, persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.

"Marilah kita tingkatkan silaturahmi, membukakan pintu maaf dan kembali bersatu bahu membahu membangun Ibu Pertiwi. Semoga Allah SWT meridhai semua usaha kita ini," katanya.

Dekan Fakultas Hukum UGM Prof Sigit Riyanto mengatakan beberapa proses tahapan penyelenggaran pemilu sudah selesai dengan penetapan pemenang Pilpres dan Pileg oleh KPU berdasarkan perhitungan perolehan suara terbanyak untuk mendapat legitimasi dan mandat mandat dari rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan lima tahun ke depan.

"Kami mengimbau semua pihak yang terlihat dalam konstestasi politik untuk menuruti semua koridor hukum, menjauhkan sikap anarki dan menjauhkan upaya untuk menghalalkan segala cara demi untuk menjaga keutuhan, kerukunan dan ketentaraman masyarakat," imbaunya.

Dosen FEB UGM sekaligus penggagas pesan damai UGM, Rimawan Pradityo, menambahkan pesan damai dosen UGM ini merupakan hasil diskusi 180 dosen di grup daring selama kurang dari 48 jam. Yaitu sebagai atensi sekaligus bentuk keprihatinan para akademisi dalam menyikapi situasi pasca pengumuman pemenang pemilu oleh KPU.

"Kami berharap pemerintah dan aparat untuk segera menetralisir situasi," katanya.

Ketua Dewan Guru Besar (DGB) UGM Prof Koentjoro menilai terjadinya eskalasi kekerasan pada aksi massa di Ibu Kota dan di beberapa daerah akibat dampak penyebaran berita bohong di media sosial. Sebab informasi beredar dengan cepat kadang memunculkan pemahaman yang salah, diserap dan dimaknai secara berbeda.

Pengamat ekonomi kerakyatan UGM, Fahmi Radhi mengusulkan agar tidak terjadi polarisasi selama pemilu, pemerintah dan DPR perlu mengevaluasi UU pemilu. Sebab dari UU tersebut hanya ada dua pasang calon, sehingga menyebabkan polarisasi yang terjadi dalam waktu lama.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1180 seconds (0.1#10.140)