Dosen UMP Sukses Kembangkan Kelapa Kopyor dengan Kultur Jaringan

Kamis, 23 Mei 2019 - 06:59 WIB
Dosen UMP Sukses Kembangkan Kelapa Kopyor dengan Kultur Jaringan
Dosen Program Studi Biologi FKIP UMP, Sisunandar dan tanaman kelapa kopyor hasil pembibitan dengan metode kultur jaringan. FOTO/iNews/SALADIN AYYUBI
A A A
BANYUMAS - Dosen Program Studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Sisunandar berhasil mengembangkan pembibitan kelapa kopyor hibrida dengan sistem kultur jaringan. Tingkat keberhasilan pembibitan melalui cara ini diklaim mencapai 90%.

"Ini salah satu hasilnya, yang ditanam di kantor pusat UMP. Ini yang pertama kali ditanam," kata Sisunandar saat panen kelapa kopyor bersama Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Muhammad Dimyati di Science Techno Park UMP, Rabu (22/5/2019).

Sisunandar cukup lama melakukan penelitian tentang kelapa, dari mulai 2004 hingga 2008. Kemudian pada 2008, ia mulai meneliti kelapa kopyor untuk keperluan disertasi S3 di Australia. Setelah kembali ke Indonesia, Sisunandar terus mengembangkan penelitian tersebut dan berhasil pada 2012.

"Sebenarnya pada tahun 2011 sudah berhasil, tapi dibutuhkan proses pembibitan sampai menuai hasil pada tahun 2012," katanya.

Menurutnya, kelapa kopyor merupakan plasma nutfah unggul yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga bisa digunakan dalam program pemberantasan kemiskinan di Indonesia. Namun pembenihan kelapa kopyor tidak dapat dilakukan secara alami sehingga satu-satunya alternatif yang tersedia untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan kultur embrio.

Hasil penelitian mini growth chamber, kata Sisunandar, berhasil digunakan untuk menginduksi akar dan mengadaptasikan benih kelapa kopyor hasil kultur jaringan secara langsung dengan tingkat keberhasilan tinggi 90% dengan menggunakan metode ex vitro rooting.

"Metode ex vitro rooting juga berhasil digunakan untuk mengadaptasikan benih yang berasal dari empat kultur kelapa secara langsung dengan keberhasilan tinggi. Baik benih tanpa akar maupun benih lengkap dengan akar berhasil diaklimatisasikan secara langsung," katanya.

Menurut Sisunandar, pembibitan kelapa kopyor dengan teknik ini bisa menghasilkan tanaman dengan banyak buah dan seluruhnya kopyor. Pada pembibitan konvensional, petani menggunakan kelapa normal dari tandan yang ada kopyornya untuk ditanam, sehingga persentase buah kopyornya sedikit, hanya satu-dua butir dalam satu tandan.

Bibit kelapa kopyor dari metode kultur jaringan juga lebih cepat panen. Hanya butuh waktu sekitar empat tahun. Namun, menurut Sisunandar, untuk panen perdana, jumlah kelapa kopyor yang dihasilkan belum terlalu banyak, antara 4-7 butir per tandan. Jumlahnya akan bertambah pada panen tahun-tahun berikutnya, mencapai 15 butir per tandan.

Usia produktif tanaman kelapa kopyor antara 45-50 tahun. Jika dibudidayakan dengan sistem pengairan yang baik, maka dari tanaman ini bisa dipanen satu tandan per bulan. Adapun harga kelapa kopyor berkisar antara Rp30.000-Rp40.000 per butir.

Sementara, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Muhammad Dimyati mengatakan, temuan kelapa kopyor hasil penelitian dosen UMP ini bisa memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia. "Untuk itu setelah hasil penelitian itu terwujud seperti ini langkah berikutnya adalah bagaimana membuat agar kelapa ini bisa dimanfaatkan oleh industri untuk memenuhi kebutuhan pengguna," katanya.

Rektor UMP, Anjar Nugroho memberikan apresiasi terkait hasil penelitian tersebut. "Kita punya banyak pusat unggulan, seperti Pusat Penelitian Kelapa Kopyor, Pusat Penelitian Polimer Hidrogel, Pusat Penelitian Kanker dan Stem cell, Pusat Pengembangan Multimedia Pembelajaran, serta Pusat kajian Halal atau Halal Center," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1183 seconds (0.1#10.140)