Dosen Undip Semarang Ajak Konsumsi Ikan Asap Higienis

Sabtu, 18 Mei 2019 - 18:56 WIB
Dosen Undip Semarang Ajak Konsumsi Ikan Asap Higienis
Dosen FPIK Undip Fronthea Swastawati (kiri) dalam bedah buku Teknologi Pengasapan Ikan Tradisional di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, Semarang, Sabtu (18/5/2019). FOTO/SINDOnews/AHMAD ANTONI
A A A
SEMARANG - Proses pengasapan ikan di Indonesia umumnya masih dilakukan secara tradisional, menggunakan alat-alat sederhana, serta kurang memperhatikan aspek sanitasi dan higienitas, sehingga dapat membahayakan bagi kesehatan lingkungan.

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Fronthea Swastawati mengungkapkan, kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional di antaranya kenampakan yang kurang menarik (hangus sebagian), kontrol suhu yang sulit dilakukan hingga pencemaran udara (polusi).

Melihat kelemahan-kelemahan tersebut, Fronthea melakukan penelitian tentang pengasapan ikan selama 25 tahun dan hasilnya telah dibukukan dalam buku berjudul Teknologi Pengasapan Ikan Tradisional.

"Ini salah satu produk buku keluaran yang sebelumnya sudah banyak buku yang sudah terbit. Buku yang terakhir ini terbit pada November 2018. Sebelumnya saya melakukan penelitian tentang pengasapan ikan kurang lebih 25 tahun," kata Fronthea seusai bedah buku di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, Semarang, Sabtu (18/5/2019).

Dia berharap buku ini menjadi salah satu media untuk sosialisasi kepada masyarakat tentang teknologi pengasapan ikan. Menurutnya, ikan asap merupakan sumber protein hewan yang dapat dikonsumsi sangat baik, tapi masih banyak masyarakat yang belum tahu manfaatnya.

Perlu diketahui, Indonesia menjadi pemasok kebutuhan protein sedunia nomor 2 dunia setelah China. Salah satu sumber proteinnya adalah ikan asap.

"Ikan asap itu 30% dari produk ikan yang dihasilkan dan diolah jadi ikan asap. Tapi di sisi lain pengolahan asap kita masih bersifat tradisional, menggunakan alat tradisional, kurang higenis, kurang juga ada latar belakang ilmu karena secara turun temurun dilakukan," katanya.

Selain itu, lanjut dia, kualitas ikan juga masih kurang memenuhi standar mutu ikan segar dan standar mutu ikan asap.

"Melalui buku ini, mahasiswa, pembaca, masyarakat, semua diharapkan bisa lebih care atau peduli dengan masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional, bisa mengakibatkan ISPA, kanker dan jantung. Kalau kita mengonsumsi ikan asap tradisional itu ada bagian hitam dari asap ikut termakan, padahal bagian hitam sebetulnya tidak boleh dikonsumsi karena berbahaya,” ujar wanita kelahiran Kebumen ini.

Sebagai dosen, peneliti, dan penulis, Fronthea berharap agar masyarakat sadar bahwa ketika mengonsumsi sesuatu tidak hanya memikirkan enaknya saja. Tapi juga apakah sehat untuk tubuh atau tidak.

"Seperti gula, banyak gula bisa diabet. Kemudian ikan asap tradisional bisa sebabkan penyakit macam-macam dan nutrisinya hilang, protein rusak. Penyakit itu macam-macam, bisa kecerdasan terganggu untuk anak-anak, kalau orang tua mudah lelah dan marah. Itu akibat metabolismenya terganggu karena mengonsumsi hal yang tidak harusnya dikonsumsi, termasuk mengonsumsi ikan asap yang gosong sebagian," ujarnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0539 seconds (0.1#10.140)