Usut KPPS Meninggal, MER-C Desak KPU Hentikan Penghitungan Suara

Rabu, 15 Mei 2019 - 17:31 WIB
Usut KPPS Meninggal, MER-C Desak KPU Hentikan Penghitungan Suara
MER-C meminta pemerintah melakukan investigasi atas meninggalnya ratusan KPPS dan menghentikan proses pemungutan suara. Foto/SINDOnews/Raka Dwi Novianto
A A A
JAKARTA - Desakan agar mengusut penyebab ratusan anggota KPPS meninggal datang dari berbagai pihak. Terakhir desakan datang dari
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).

MER-C mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menghentikan proses penghitungan suara Pemilu 2019. Penghentian perlu dilakukan agar KPU dan pemerintah untuk fokus mencari tahu penyebab dari ratusan korban tewas dari petugas KPPS

"Kalau perlu diberhentikan dulu penghitungan suara, diberhentikan dulu. Fokus penanganan pencegahan ini dan semua pembiayaan dikerahkan untuk hal tersebut," kata pembina MER-C Joserizal Jurnalis di Kantor MER-C, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019). (Baca Juga: Ratusan KPPS Meninggal, Muhammadiyah ajak Bawaslu Usut Penyebabnya
Joserizal menjelaskan dengan penghentian itu maka petugas KPPS yang masih melakukan rekap atau pun yang masih sakit dapat beristirahat maksimal dan menghindari jatuhnya korban jiwa lagi.

Selain itu, kata Joserizal, KPU dan pemerintah dapat lebih fokus melakukan investigasi atas masalah tersebut. Sebab, jika tak serius Mer-C menganggap adanya pembiaran yang tergambar saat ini.

"Pertama, jumlah korban meningkat. Kedua, tidak ada asuransi. Ketiga, proses rekrutmen yang tidak proper. Keempat, surat kesehatan dari puskesmas. Kelima, tidak jelas pembiayaannya, sebagian besar keluarga yang nanggung," tuturnya.

Dua minggu pasca pemungutan suara, kata dia, MER-C telah menetapkan jatuhnya korban-korban sebagai bencana kemanusiaan.

Bahkan, organisasi sosial kemanusiaan itu telah membentuk tim mitigasi kesehatab bencana Pemilu 2019. MER-C juga membuka call center untuk masyarakat dan keluarga korban untuk melaporkan.

MER-C juga fokus dalam menginvestigasi penyebab banyak jatuhnya korban sangat perlu dilakukan. Karena, kata Jose, bisa jadi kecurigaan masyarakat muncul karenabanyaknya korban jiwa yang meninggal.

"Tidak ada bencana, tidak ada penyakit, meninggal dalam periode cukup singkat, dalam jumlah banyak. Tapi kita tidak boleh ambil kesimpulan grasa-grusu. Teori boleh saja, hipotesis, tetap pembuktiannya cause of death," tuturnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3260 seconds (0.1#10.140)