Jam Bancet, Sejarah Penanda Salat di Masjid Tertua di DIY

Rabu, 15 Mei 2019 - 15:25 WIB
Jam Bancet, Sejarah Penanda Salat di Masjid Tertua di DIY
Jam Bancet di Masjid Sabilurrosyad yang berada di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Foto/iNews.id/Kuntadi
A A A
BANTUL - Masjid Sabilurrosyad yang berada di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, merupakan masjid tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu peninggalan yang masih dirawat yakni, jam bancet sebagai penanda waktu salat.

Rumah ibadah umat Islam yang lebih dikenal dengan nama Masjid Kauman ini didirikan oleh murid Sunan Kalijaga, Panembahan Bodo pada 1570 Masehi. Kondisi masjid hingga kini masih tampak megah dan halaman yang luas.

Jam bancet yang merupakan peninggalan yang sangat bersejarah ini terletak di halaman masjid, sebagai penanda waktu salat. Jam ini usianya sudah ratusan tahun.

Tidak seperti jam analog atau jam digital yang sudah modern, jam bancet ini hanya mengandalkan sebuah paku. Prinsip jam ini tergantung dengan matahari, yang kemudian memantulkan bayangan sebagai penanda waktu.

"Ini satu-satunya jam bancet yang ada di DIY," kata Sekretaris takmir Masjid, Haryadi, kepada wartawan di Masjid Kauman, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Bantul, Rabu (15/5/2019).

Dulu, jam ini tetap menjadi acuan masuknya waktu salat. Begitu bayangan muncul akan dibaca dengan dengan garis-garis pada lempeng tembaga setengah lingkaran tadi.

"Prinsipnya sederhana, tetapi tidak sudah membacanya, yang jago biasanya muazin," ujar dia.

Dulu muazin akan mulai azan setelah melihat jam ini. Namun saat ini untuk melihat waktu lebih menggunakan jam dinding ataupun jam analog.

Di masjid ini juga ada tradisi unik di bulan Ramadan. Saat menggelar buka bersama, jamaah akan mendapatkan takjil berupa bubur sayur lodeh yang dulu merupakan makan kesukaan Panembahan Bodo.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 6.6947 seconds (0.1#10.140)