Usai Serangan ke Muslim Sri Lanka Blokir Medsos

Selasa, 14 Mei 2019 - 12:32 WIB
Usai Serangan ke Muslim Sri Lanka Blokir Medsos
Seorang personil tentara Sri Lanka berjaga di depan sebuah Masjid pasca kerusuhan anti Muslim pecah di negara itu akhir pekan lalu. Foto/Istimewa
A A A
KOLOMBO - Pemerintah Sri Lanka mengambil langkah taktis dengan memblokir jaringan media sosial (medsos) dan aplikasi pengirim pesan, termasuk Facebook dan WhatsApp, setelah sebuah postingan memicu kerusuhan anti Muslim di beberapa kota. Insiden ini adalah dampak terbaru dari serangan bom bunuh diri pada Minggu Paskah bulan lalu.

Sri Lanka telah menggunakan larangan sementara di media sosial dalam upaya untuk mencegah informasi dan rumor yang salah.

Di Twitter, operator telepon seluler terkemuka Sri Lanka Dialog mengatakan mereka juga telah menerima instruksi untuk memblokir Viber, IMO, Snapchat, Instagram dan Youtube hingga pemberitahuan lebih lanjut.

"Media sosial diblokir lagi sebagai langkah sementara untuk menjaga perdamaian di negara ini," ujar direktur jenderal departemen informasi pemerintah Sri Lanka, Nalaka Kaluwewa, seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (14/5/2019).

Polisi mengatakan jam malam, yang diberlakukan pada hari Minggu sore, di Chilaw dan daerah sekitarnya dilonggarkan pada hari Senin, tetapi larangan media sosial dimasukkan untuk mencegah hasutan untuk melakukan kekerasan.

Direktur departemen informasi Sri Lanka mengatakan kepada Al Jazeera bahwa salah satu alasan utama di balik larangan itu adalah untuk menekan ketegangan dan insiden yang telah meletus selama 48 jam terakhir.

Wartawan Al Jazeera, melaporkan dari kota utara Kilinochchi, bahwa pemerintah Sri Lanka menggunakan ini bukan sebagai tindakan jangka panjang, tetapi sebagai taktik untuk mengurangi ketegangan yang mungkin meletus.

Pihak kepolisian mengatakan kelompok-kelompok Kristen melemparkan batu ke masjid-masjid dan toko-toko milik Muslim di kota Chilaw yang mayoritas penduduknya beragama Kristen pada Minggu lalu. Mereka marah dengan sebuah postingan di Facebook oleh seorang penjaga toko.

"Jangan tertawa lagi, 1 hari kamu akan menangis," bunyi postingan dalam kolom komentar di Facebook oleh penjaga toko Muslim. Umat Kristen setempat lantas menganggapnya sebagai peringatan akan serangan yang akan datang.

Massa menghancurkan toko pria itu dan merusak sebuah masjid di dekatnya yang mendorong pasukan keamanan menembak ke udara untuk membubarkan kerumunan. Tetapi kekerasan menyebar ke kota-kota terdekat di mana tempat usaha yang dimiliki oleh Muslim juga diserang.

Pihak berwenang mengatakan mereka telah menangkap penulis postingan di Facebook tersebut, diidentifikasi sebagai Abdul Hameed Mohamed Hasmar yang berusia 38 tahun, serta sekelompok pria di distrik Kurunegala di dekatnya karena diduga menyerang tempat usaha milik Muslim.

Sri Lanka berada di ujung tanduk sejak serangan 21 April oleh pembom bunuh diri Muslim di tiga hotel dan tiga gereja yang menewaskan sedikitnya 257 orang.

Populasi Muslim sekitar 10 persen dari 21 juta populasi mayoritas Buddha di Sri Lanka dan Kristen sekitar 7,6 persen.Kelompok hak asasi Amnesty International mengatakan ada tren serangan yang mengkhawatirkan terhadap komunitas Muslim yang keluar dari Sri Lanka setelah pemboman Minggu Paskah.

Badan utama cendekiawan Islam, All Ceylon Jamiyyathul Ulama (ACJU), mengatakan ada peningkatan kecurigaan terhadap umat Islam."Kami menyerukan kepada anggota komunitas Muslim untuk lebih sabar dan menjaga tindakan Anda dan menghindari postingan atau hosting yang tidak perlu di media sosial," kata ACJU.

Kerusuhan terbaru terjadi ketika gereja-gereja Katolik kembali melakukan kebaktian untuk pertama kalinya sejak pemboman. Sri Lanka telah berada dalam keadaan darurat sejak serangan itu. Pasukan keamanan dan polisi telah diberikan kekuatan besar untuk menangkap dan menahan tersangka untuk waktu yang lama.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8456 seconds (0.1#10.140)