Guru Perlu Dilibatkan Tanamkan Toleransi Sejak Usia Dini

Kamis, 09 Mei 2019 - 12:59 WIB
Guru Perlu Dilibatkan Tanamkan Toleransi Sejak Usia Dini
FKPT DIY menggelar dialog bertema Harmoni dari Sekolah untuk Mencegah Radikalisme di DIY. FOTO/SINDOnews/SUHARJONO
A A A
YOGYAKARTA - Sikap toleransi perlu ditanamkan sejak usia dini. Sebab, usia anak-anak rentan terpengaruh berbagai paham radikalisme yang bisa merongrong kehidupan bernegara berdasar Pancasila.

Kepala Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY, Mukhtasar Syamsuddin mengatakan, konsep kehidupan anak-anak bersama teman-temannya perlu diperhatikan untuk mencegah paham radikal dari usia dini. Untuk itu, pelibatan guru sejak PADU/TK hingga sekolah menengah dalam penanaman toleransi kepada siswa sangat penting.

"Para guru ini penting untuk bisa menanamkan karakter yang sesuai dengan ajaran Pancasila. Mengajak saling toleransi dan juga menahan paham paham radikalisme," katanya dalam workshop dengan tema "Harmoni dari Sekolah" yang digelar FKPT DIY di Yogyakarta, Kamis (9/5/2019).

Hadir dalam workshop tersebut, Inspektur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Amrizal dan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Umahat Kotagede Yogyakarta, Kiai Abdul Muhaimin.

Dijelaskan Mukhtasar, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di beberapa sekolah maupun perguruan tinggi, dosen dan guru merupakan pihak yang justru memberikan kontribusi terkait dengan radikalisme. Untuk itu FKPT berharap hal tersebut perlu dicegah sejak dini.

"Guru harus dibekali dengan pemahaman Pancasila. Paham antiradikalisme dan menjunjung toleransi," katanya.

Dalam kesempatan Mukhtasar juga mengungkapkan, hasil riset FKPT DIY paham radikalisme di DIY mulai muncul di beberapa wilayah. Kulonprogo merupakan salah satu kabupaten dengan paham radikal yang tertinggi.

"Ini memang mengagetkan semuanya. Namun ini berdasarkan data," kata guru besar Filsafat UGM Yogyakarta ini.

Hadir dalam diskusi tersebut Amrizal, Inspektur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dalam paparannya dia meminta gerakan antiradikalisme harus melibatkan masyarakat. Begitu juga dengan posisi guru yang penting dalam menanamkan karakter terhadap siswa.

"Apalagi Yogyakarta menjadi city of toleran, ini menjadi percontohan. Yogyakarta itu banyak disukai. Di tahun 1980-an Yogyakarta menjadi favorit dengan masyarakatnya yang sopan, gotong-royong," katanya.

Amrizal yakin dengan masih adanya karakter building yang kuat di Yogyakarta, gerakan radikalisme bisa ditangkal.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6717 seconds (0.1#10.140)