Tingkatkan Produksi Padi, UGM Kembangkan Metode SRI

Kamis, 25 April 2019 - 19:40 WIB
Tingkatkan Produksi Padi, UGM Kembangkan Metode SRI
Petani dan petugas di NTT sedang mengamati telematri dalam penerapa metode SRI di daerah tersebut. Foto/Dok.Humas UGM
A A A
YOGYAKARTA - Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) mengembangkan budidaya padi dengan metode syatem of rice intesification (SRI). Selain untuk meningkatkan produksi padi, metode ini juga sebaga solusi untuk terjadinya perubahan iklim dan pertanian lahan kering.

Inovasi teknologi SRI tersebut berupa telemetri tanah, udara dan air dilengkapi aplikasi berbasis web dan android yang bertujuan untuk meningkatkan hasil panen, menghemat kebutuhan bibit, menghemat kebutuhan pupuk, dan mengurangi kebutuhan air hingga 25%. Aplikasi teknologi tersebut mampu menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

“Budidaya padi dengan metode SRI ini memiliki kelebihan yaitu hemat air, hemat bibit, hemat biaya, hemat waktu, dan organik sehingga rendah emisi dan ramah lingkungan,” kata Perwakilan Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho dalam siaran persnya kepada Koran SINDO/Sindonews, Kamis (25/4/2019).

Bayu menjelaskan metode SRI ini untuk menjawab tantangan masyarakat petani terutama di daerah kering dan rentan sebagai strategi adaptasi perubahan iklim yang paling tepat guna. Kegiatan adaptasi dalam program ini bertujuan untuk mengembangkan strategi ketangguhan iklim dan mencegah kerentanan petani serta lahan pertaniannya akibat kekeringan melalui budidaya SRI dan informasi pertanian berbasis teknologi aplikasi.

“Jadi uUpaya budidaya padi SRI ini merupakan bagian dari strategi adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim mengingat efek buruk dari perubahan iklim,” paparnya

Metode SRI ini sudah diterpakan di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2018 lalu. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan produktivitas padi rata-rata 3-12 ton per haktare (ha).

Namun, ada beberapa kekurangan yang terjadi diantaranya adalah infrastruktur irigasi yang sudah bagus tetapi belum diimbangi dengan SDM yang baik dalam pengelolaannya. Masih sering terjadi gagal panen diakibatkan belum tepatnya metode tanam yang digunakan dan serangan hama yang terjadi akibat sistem tanam yang tidak serentak.

Direktur Operasional ICCTF Andi Abikusno, mengatakan dengan metode SRI bukan hanya inovasi untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakatdan adaptasi untuk mengantisipasi perubahan iklim. Namun dengan menggunakan bibit berumur muda, jarak tanam lebar, pupuk organik, irigasi terputus-putus, dan beberapa penyiangaan juga menghasilkan produktivitas padi lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan sistem konvensional.

“Untuk mendukung metode SRI, Kami juga telah mengembagkan teknologi telemetri. Terutama dalam memantau dan merekam data cuaca serta menganalisis iklim mikro seperti hujan, suhu, dan kelembaban tanah,” jelasnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.0789 seconds (0.1#10.140)