Menelaah Penyebab Harga Tiket Pesawat Makin Mahal

Rabu, 24 April 2019 - 22:13 WIB
Menelaah Penyebab Harga Tiket Pesawat Makin Mahal
Pengamat penerbangan mencoba menakar apa yang membuat harga tiket pesawat semakin mahal, serta solusi yang harus diambil oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Seorang pengamat penerbangan Gerry Soejatma mempertanyakan, apakah sebenarnya yang membuat harga tiket pesawat semakin mahal. Menurutnya standar harga tiket yang dipakai maskapai Tanah Air melebihi yang ada di Singapura.

"Harga tahun kemarin terlalu murah dan menekan maskapai, tapi saat ini juga harganya terlampau tinggi. 10 sen per kilometer, lebih tinggi dari standar maskapai Singapura. Jika mereka beralasan menggunakan biaya aftur, patut dipertanyakan. Biaya pajak dari aftur juga sudah dibahas dengan INACA sejak 2014, bukan masalah baru," ujar Gerry dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (24/4/2019).

Menurutnya para maskapai saat ini belum memperhitungkan multiple effects ke internal mereka dimana saat ini makin terlihat penyusutan jumlah penumpang. "Kalau kita lihat dari proporsi orang yang terbang, 10% dari mereka terbang dengan tujuan bisnis. Untuk family visit 32%, dan sisanya untuk urusan lain termasuk pariwisata," ujarnya.

Gerry mengingatkan jangan sampai upaya membela maskapai membuat pendapatan negara menurun, ketika kinerja keuangan Indonesia membaik namun economic cost ke negara yang jadi masalah.

"Perlu dikaji kemana biaya dari harga itu akan mengalir. Metode ticketingnya masih ala jaman dulu, seperti memesan sebulan sebelum hari H. Sistem dunia saat ini, pemesanan dari jauh hari makin murah, semakin dekat hari H semakin mahal. Patut dipertanyakan kenapa di Indonesia sistemnya justru seperti berkebalikan," ungkapnya.

Sambung dia menerangkan, bahwa sistem pemesanan seperti ini tidak mengajarkan konsumen untuk planning pemesanan tiket dari jauh hari. "Mindsetnya adalah harusnya pesawat bisa jual tiket mahal, tapi masyarakat juga harus bisa mendapatkan harga murah," tambahnya.

"Solusinya di yield management. Di tingkat mana kita harus tingkatkan yield management. Batas atasnya saat ini terlalu rendah, untuk flat price pun terlalu tinggi. Kita harus sadari ini adalah imbas dari kesalahan kolektif kita semua," paparnya.

Sementara itu terang dia pihak maskapai butuh ruang lebih lebar antara Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB) dibandingkan status quo saat ini, supaya tiket murah bisa ditutupi tiket mahal secara natural oleh mekanisme pasar. Gerry menerangkan, upaya pemerintah untuk memaksa penurunan harga, di sisi lain sama saja membatasi pendapatan maskapai. (

"Tidak ada bisnis yang ingin pendapatannya dibatasi. Semua bisnis ingin nyaman, namun pemerintah harus memastikan bahwa tidak boleh ada monopoli. Kondisinya sekarang bisnis penerbangan Indonesia didominasi oleh dua grup besar, dibutuhkan adanya kompetisi yang lebih banyak demi kesehatan bisnis. Pada akhirnya, hal ini mengakibatkan krisis kepercayaan antara stakeholder pariwisata, masyarakat, maskapai, dan pemerintah," simpulnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1641 seconds (0.1#10.140)