Facebook Kembangkan Voice Assistant, Saingi Amazon dan Apple

Senin, 22 April 2019 - 10:45 WIB
Facebook Kembangkan Voice Assistant, Saingi Amazon dan Apple
Saingi Amazon dan Apple, Facebook Kembangkan Voice Assistant
A A A
NEW YORK - Media sosial Facebook kini sedang fokus mengembangkan voice assistant untuk bersaing dengan Alexa milik Amazon, Siri punya Apple, dan Google Assistant. Perusahaan teknologi raksasa itu bekerja menyusun inisiatif tersebut sejak awal tahun lalu.

Langkah tersebut dilakukan setelah Facebook memiliki grup augmented reality dan virtual reality serta divisi perusahaan peranti lunak yang merilis headset virtual reality Oculus. Sebuah tim berbasis di Redmond, Washington, sedang mengembangkan voice assistant berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Hal itu diungkapkan dua mantan pegawai Facebook yang sudah mengundurkan diri beberapa bulan lalu.

Sebagaimana dilansir CNBC, gebrakan Facebook tersebut dipimpin Ira Snyder, Direktur AR/VR dan Facebook Assistant. Tim itu juga sudah menghubungi banyak pihak untuk menyuplai smart speaker. Tidak jelas bagaimana visi Facebook atas penggunaan asisten itu. Namun hal itu berpotensi untuk digunakan sebagai percakapan cerdas melalui video seperti headset Oculus dan berbagai proyek lain.

Sebagaimana dilansir The Verge, Facebook mengonfirmasi laporan mengenai pengembangan digital voice assistant berbasis AI. Facebook mengungkapkan mereka tidak fokus pada pesan, tetapi lebih mengembangkan platform dalam interaksi melalui kontrol suara ataupun gerak tubuh.

“Kita bekerja mengembangkan teknologi bantuan berbasis AI dan suara yang mungkin bekerja dengan produk AR/VR seperti Portal, Oculus, dan produk lain,” ujar juru bicara Facebook kepada The Verge. Hanya saja Voice Assistant Facebook itu akan berkompetisi dengan rivalnya secara sangat ketat. Berdasarkan eMarketer, Amazon dan Google sudah memimpin pasar smart speaker dengan nilai pasar 67% dan 30% di Amerika Serikat pada 2018.

Pada 2015 silam Facebook sudah merilis asisten berbasis AI untuk aplikasi Messenger yang disebut dengan M. Hal itu bertujuan untuk membantu pengguna Facebook. Namun proyek tersebut sangat tergantung dengan bantuan manusia dan tidak pernah mendapatkan perhatian serius dari pasar. Facebook menutup proyek yang tidak menguntungkan tersebut pada tahun lalu.

Berkaca pada M, Yann LeCun, Kepala Ilmuwan AI Facebook, mengungkapkan, eksperimen memang selalu memiliki ambisi untuk mewujudkan bagaimana orang menggunakan asisten virtual dengan dasar kecerdasan manusia. “Eksperimen didesain untuk digunakan seberapa kita bisa otomatis dan seberapa besar ruang gerak kita,” ujar Yann seperti dilansir Forbes. Dia menjelaskan, alat itu pasti kecil sehingga kita bisa masuk ke dunia otomatis dan berwilayah besar karena bisa dijangkau dengan teknologi.

Sejak November lalu, Facebook menjual alat percakapan video Portal yang membantu penggunanya untuk melakukan panggilan menggunakan Facebook Messenger. Pengguna bisa mengatakan “Hey Portal” untuk melakukan perintah sederhana. Tapi alat tersebut bisa dikalahkan oleh Alexa Assistant milik Amazon yang bisa melakukan tugas yang lebih kompleks.

Proyek ini menunjukkan keinginan Facebook terhadap teknologi eksperimen. Sejak Facebook mengakuisisi Oculus pada 2013, mereka berusaha memperluas struktur organisasi dengan membentuk divisi baru. Pertama adalah divisi kelompok peranti keras AR/VR yang bertujuan mengembangkan alat percakapan video bernama Portal.

Divisi tersebut termasuk melibatkan Building 8, divisi rahasia yang sebelumnya dijalankan mantan direktur DARPA dan pegawai Google Regina Dugan yang meninggalkan perusahaan itu pada akhir 2017. Divisi kedua dikenal dengan Facebook Reality Labs yang dijalankan pionir game video Michael Abrash yang menjadi pegawai Facebook dan menjadi kepala ilmuwan di VR.

Facebook AI Assistant sepertinya menggabungkan dua divisi tersebut di mana Synder akan memegang posisi tersebut. Apa pun tujuannya, Facebook akan fokus mengembangkan divisi peranti lunak sebagai platform bisnis masa depan dan tidak terbatas pada produk tunggal.

Sebelumnya CEO Facebook Mark Zuckerberg selalu mendorong AI agar menjadi platform Facebook dan para penggunanya. Dia sendiri memiliki robot pelayan yang bernama Jarvis. Dia juga menyebut miliarder Elon Musk tidak bertanggung jawab karena mengungkapkan bahwa AI bisa menjadi hal yang berbahaya. “Saya memiliki opini kuat mengenai ini (AI),” ujar Zuckerberg pada live broadcast pada Juli 2017.

“Saya sangat optimistis. Saya adalah orang yang optimistis secara umum. Saya pikir kamu bisa membangun sesuatu atau dunia dengan lebih baik. Dengan AI khususnya, saya optimistis dan saya pikir orang yang menjadi penentang dan mencoba menabung skenario kimia, saya tidak memahaminya. Saya tidak memahaminya. Itu adalah cara negatif di mana saya pikir hal itu tidak bertanggung jawab,” sebutnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2900 seconds (0.1#10.140)