Filipina Enggan Bikin Senjata Nuklir untuk Melawan China

Minggu, 21 April 2019 - 09:15 WIB
Filipina Enggan Bikin Senjata Nuklir untuk Melawan China
Kawasan Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Foto/PhilNews
A A A
MANILA - Pemerintah Filipina enggan untuk mengembangkan bom nuklir sendiri untuk melawan China dalam sengketa wilayah di Laut China Selatan. Manila sejatinya telah menang atas Beijing di pengadilan internasional, namun kedaulatan atas wilayah itu belum sepenuhnya bisa ditegakkan.

Menteri Pertahanan (Menhan) Delfin Lorenzana pada hari Sabtu mengatakan mengembangkan senjata nuklir sendiri bukanlah cara untuk menegakkan kemenangan yang dimilikinya atas China dalam pengadilan internasional.

“Mengembangkan senjata nuklir sendiri untuk menegakkan putusan pengadilan? Sangat tidak mungkin karena beberapa alasan," kata Lorenzana dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan kepada wartawan, seperti dikutip CNN Philippines, Minggu (21/4/2019).

Pernyataan Menhan Lorenzana itu sebagai tanggapan terhadap mantan Ketua Senat Juan Ponce Enrile yang mengusulkan agar Filipina mengembangkan senjata nuklir sendiri untuk menegakkan putusan Pengadilan Arbitrase Permanen mengenai sengketa Laut Filipina Barat atau Laut China Selatan pada bulan Juli 2016. Putusan pengadilan mengakui hak kedaulatan Filipina atas sebagian pulau di wilayah perairan tersebut.

"Kami menghargai sikap patriotik Senator Enrile untuk menyarankan cara melindungi apa yang secara hukum milik kami, tetapi mengembangkan senjata nuklir bukanlah cara untuk melanjutkan," ujar Lorenzana.

Dia yakin Filipina secara teknis dan teknologi mampu membuat persenjataan nuklir. Dia menambahkan, Manila adalah pihak yang meneken Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir.

Tak hanya itu, konstitusi Filipina juga mengecam perang sebagai instrumen kebijakan nasional. "(Sebuah) senjata nuklir bukan senjata defensif tetapi senjata ofensif," katanya.

Saran Enrile agar Filipina mengembangkan bom nuklir sendiri disampaikan 15 April lalu setelah kapal-kapal China terlihat berada sekitar Pulau Pag-asa yang menjadi bagian dari Kepulauan Spratly. Kapal-kapal China berada di wilayah milik Filipina itu sejak Januari hingga Maret. Manila telah mengajukan protes diplomatik terhadap Beijing.

"Anda ingin menyelaraskan diri dengan China? Kembangkan senjata nuklir Anda seperti Korea Utara," kata Enrile kepada CNN Philippines.

Enrile mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bataan yang dibangun selama pemerintahan Marcos sejatinya juga memiliki rencana untuk pengembangan senjata nuklir.

"Kami merencanakan itu sehingga kami dapat memiliki senjata nuklir, sehingga kami tidak diganggu oleh siapa pun dan kami dapat membela diri. Tetapi jika kita berdiri sekarang, apa yang akan kita gunakan? Petasan?," ujarnya.

Enrile mengatakan jika Filipina memiliki uang untuk mengembangkan senjata nuklir, tidak ada yang bisa menghentikannya.

"Jika Iran, Pakistan, Israel, Korea Utara, dan bahkan Kuba, sebelumnya, dapat melakukannya, jika kita menjalaninya, saya tidak berpikir mereka dapat menghentikan kita," katanya.

China sampai saat ini menolak untuk mengakui putusan pengadilan internasional 2016. Beijing tetap mengklaim memiliki sebagian besar wilayah Laut China Selatan.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1555 seconds (0.1#10.140)