Jokowi Minta Petani Modernisasi Alat Pertanian untuk Tingkatkan Produksi

Rabu, 03 April 2019 - 18:30 WIB
Jokowi Minta Petani Modernisasi Alat Pertanian untuk Tingkatkan Produksi
Presiden Joko Widodo saat di GOR Diponegoro, Sragen, Rabu (3/4/2019). FOTO/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SRAGEN - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para petani meningkatkan modernisasi alat produksi pertanian seiring kemajuan zaman. Peralatan yang lebih canggih diharapkan dapat mendongkrak hasil produksi pertanian.

Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi saat bertemu dengan ribuan petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), dan Perkumpulan Penggilngan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Jawa Tengah di GOR Diponegoro, Sragen, Rabu (3/4/2019). Peralatan pertanian yang perlu dimodernisasi adalah alat penggilingan padi dan pengering padi. “Selama ini petani mengeringkan padi selalu manual, dijemur di jalan,” kata Jokowi.

Menjemur padi secara tradisional menjadikan kualitas beras turun. Kondisi itu juga terjadi pada komoditi jagung. Untuk itu, Presiden meminta agar Perpadi membeli alat dryer untuk mengeringkan padi. Perpadi juga didorong membeli alat alat packaging agar produksi beras petani punya harga jual lebih tinggi. “Penggilingan padi harus punya dryer agar hasilnya bagus,” tandasnya.

Presiden mengungkapkan Indonesia kalah dalam urusan ekspor, investasi kalah dari negara seperti Vietnam, Philipina, Thailand dan Singapura. Jangan sampai Indonesia juga ketinggalan dengan Laos dan Kamboja. Dalam kesempatan itu, Jokowi juga berdialog dengan petani, pemilik penggilingan padi, dan penjual pupuk. Aspirasi yang disampaikan akan diteruskan ke Kementerian terkait.

Presiden juga akan mengundang Gapoktan, Perpadi, dan Bulog untuk membicarakan masalah pertanian. “Besok setelah 17 April kita kumpul di Istana untuk membahas hal ini agar hasil pertanian lebih baik,” tegasnya.

Kuota Pupuk Subsidi Dikurangi
Salah satu penjual pupuk dari Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Supriyadi mengaku selama ini pupuk bersubsidi selalu kurang. Bahkan pada musim tanam ini pupuk bersubsidi di Sragen dikurangi kuotanya. Sementara pupuk non subsidi harganya terpaut jauh lebih mahal.

“Kalau beli urea subsidi setiap 50 kg harganya Rp90 ribu. Tapi non subsidi 10 kg saja harganya Rp60 ribu,” terang Supriyadi.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengemukakan, kekurangan pupuk sudah dirapatkan dan Provinsi Jawa Tengah menjanjikan akan menambah kuota pupuk. Penambahan kuota subsidi tak bisa menjadi kebijakan daerah namun harus sampai ke pemerintah pusat. “Tambahan alokasi paling tidak kebutuhan tahun ini terpenuhi agar tidak ada gejolak di kalangan petani,” tandas Yuni. Pihaknya meminta agar kuota pupuk tidak dikurangi sebagaimana tahun lalu.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2750 seconds (0.1#10.140)