Cak Nun Pastikan Datang ke TPS saat Coblosan 17 April 2019

Minggu, 31 Maret 2019 - 22:50 WIB
Cak Nun Pastikan Datang ke TPS saat Coblosan 17 April 2019
Emha Ainun Nadjib atau populer disapa Cak Nun akan tetap datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 17 April 2019 nanti. FOTO/SINDOnews/LUKMAN HAKIM
A A A
SURABAYA - Budayawan Emha Ainun Nadjib atau akrab dipanggil Cak Nun masih enggan mengungkapkan kecenderungan politiknya pada Pilpres 2019. Namun pimpinan grup musik Kiai Kanjeng ini menyatakan akan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 17 April 2019 mendatang.

Cak Nun mengatakan bisa saja ketika di dalam TPS dia tidak menggunakan hak pilih alias golput. Menurutnya, TPS merupakan tempat yang sangat pribadi. Sebab, hanya dia dan Tuhan yang tahu siapa yang dipilih saat di dalam TPS. "Saya tidak mau terjebak pada pilihan ini dan pilihan itu. Tapi tidak menggunakan hak pilih itu juga merupakan pilihan," katanya saat berdiskusi dengan awak media, Minggu (31/3/2019).

Cawapres nomor urut 01, KH Maruf Amin dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu di Palembang menyebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan fatwa haram bagi Golongan Putih (golput) di Pemilu. Menurutnya, maksud fatwa tersebut adalah meminta agar masyarakat memilih. Tapi tidak spesifik menyebut golput itu haram.

Dalam pandangan hukum negara, memberikan suara dalam pemilu adalah hak. Namun, dalam pandangan agama berbeda. Umat memiliki kewajiban untuk memilih pemimpin. Dari tafsir demikian, bisa disimpulkan bahwa golput dalam perspektif agama haram. Kendati dalam fatwa tidak spesifik menyebutnya.

"Itu kan cuma penafsirannya Pak Maruf. Saya punya penafsiran sendiri. Bagi saya Pak Maruf sama seperti kita semua," imbuhnya. "Kalau ada yang menyebut ulama, itu kan dari manusia bukan dari Allah. Bagi saya, urutannya adalah, setelah Nabi, Rasul baru kemudian umat," katanya.

Lebih dari soal pilihan capres, suami Novia Kolopaking ini menilai, ada hal yang jauh lebih penting, yakni menjaga persatuan dan kerukunan antarwarga negara. Kalaupun saat ini ada kecenderungan perpecahan, itu hanya akibat dari kompetisi politik.

"Sama seperti sepak bola. Pasti dua suporter akan saling ejek. Ketika keluar stadion, akan kembali bersama lagi. Asal kita jaga, sesakit apapun kita tetap bersatu dan akan tetap aman," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9316 seconds (0.1#10.140)