Sintren Santri Pekalongan Meriahkan Haul ke-7 Mbah Lim Klaten

Minggu, 31 Maret 2019 - 09:53 WIB
Sintren Santri Pekalongan Meriahkan Haul ke-7 Mbah Lim Klaten
Lemah gemulai para penari sintren menjadi warna tersendiri pada acara Haul ke-7 Mbah Lim (KH Muslim Rifai Imampuro) dan Haul ke-10 Nyai Umi Asaadah. FOTO/iNews/SURYONO SUKARNO
A A A
KLATEN - Lemah gemulai para penari sintren diiringi musik gemelan dengan aroma harum dupa menjadi warna tersendiri pada acara Haul ke-7 Mbah Lim (KH Muslim Rifai Imampuro) dan Haul ke-10 Nyai Umi Asaadah. Para penari yang masih anak-anak remaja santri ini memainkan pertunjukan dengan apik dan menarik sekaligus sedikit seram.

Pertunjukan seni budaya sintren asli Pekalongan ini menjadi salah satu yang menyedot perhatian ribuan orang di Pondok Pesantren Al Mutaqien Pancasila Sakti (AL PANSA) Sumberejo Wangi, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Klaten, Sabtu (30/2/2019) malam. Satu penari wanita kemudian diikat erat lalu dimasukan ke kurungan, lalu didoakan sambil terus diiringi gending dan mantra "Sulasih Sulandono".

Sang penari sintren lalu keluar dan berubah sudah berdandan cantik lengkap dengan kostum tarinya. Dia kemudian menari gemulai diikuti penari lainnya. Sintren ini mengisahkan cerita cinta antara gadis Sulasih dan Raden Sulandono putra Ki Bahurekso, penguasa Pekalongan zaman dulu.

Percintaan mereka yang tidak direstui sehingga harus bertemu secara gaib dengan menjadi sintren. Kisah ala "Romeo Juliet" asal Pekalongan ini sudah menjadi tradisi budaya turun-temurun dan terus dilestarikan.

Penari Sintren harus seorang gadis yang masih suci. Hal ini sekaligus menjadi simbol tradisi menjaga harkat martabat wanita di daerah pesisir utara Jawa ini.

Nyuwito Bagus Pramudyo, pengurus Lesbumi Kabupaten Pekalongan menyebutkan pentas sintren ini sebagai bentuk penghormatan kepada Mbah Lim. "Mbah Lim dikenal sebagai salah satu ulama yang alim yang selalu mengobarkan semangat nasionalisme dan cinta Tanah Air," katanya.

Dia merasa senang dan bangga karena pentas kali ini mendapat sambutan meriah dari ribuan penonton. "Saya sangat senang melihat penonton terhibur, bahkan banyak yang mengabadikan melalui hp juga camera pada pertunjukan ini," lanjut Bagus.

Gus Moch Choiri Fathullah Aminuddin Al Alawi, salah satu putra Mbah Lim menyebutkan sangat senang dengan kedatangan rombongan seni Sintren dari Pekalongan ini. "Kami sangat senang dan bangga mendapat kehormatan kunjungan sekaligus pertunjukan Sintren di AL PANSA ini. Para santri mendapat pengalaman baru dengan budaya yang ditampilkan. Semoga seni sintren tetap lestari dan semakin bagus," kata uama yang biasa dipanggil Gus Muh ini.

Acara Haul mbah Lim dan Nyai Umi Asaadah juga diisi berbagai acara seni yang lain diantaranya, rebana salawat, karawitan santri, pagar nusa. Acara juga sempat pemutaran trailer film dokumenter mbah Lim yang dibuat mahasiswa santri, Muslim Media Chanel (MMC). Acara budaya diakhiri pentas wayang kulit lakon "Dwi Brojo Nitis" dengan dalang Ki Rama Sastra dari Lesbumi Komisariat Al Pansa.

Agenda Haul mbah Lim dan Umi Asaadah juga diisi dengan pengajian, khataman Alquran, tahlil, dan doa bersama.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3567 seconds (0.1#10.140)