Warga Tempel Olah Sampah Jadi Barang Bernilai Ekonomi

Jum'at, 29 Maret 2019 - 10:30 WIB
Warga Tempel Olah Sampah Jadi Barang Bernilai Ekonomi
Olahan sampah warga Sukomartani, Merdikorejo, Tempel, Sleman yang menjadi barang bernilai ekonomis. IST
A A A
SELMAN - Sampah baik organik maupun non organik selama ini hanya dibuang sebagai limbah. Hal ini bukan hanya akan menimbulkan permasalahan lingkungan, namun juga persoalan sosial.

Selain kotor, sampah juga menimbulkan pencemaran, baik bau maupun udara, termasuk sampah yang berbahan plastik juga susah terurai.

Prihatin dengan kondisi ini, warga Sukomartani, Merdikorejo, Tempel, Sleman yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kenanga Merdiko mencoba mencari solusi untuk memanfaatkan sampah-sampah tersebut. Yaitu dengan mengolah sampah organik plastik menjadi barang bernilai ekonomi.

Ketua KSM Kenanga Merdiko, Sukomartani, Medikorejo, Tempel, Hariyati Sumiardi mengatakan ide pengolahan sampah ini, berawal dari keprihatinan dengan kondisi lingkungan di Sukomatani, yang banyak sampah plastiknya.

Apalagi warga juga masih membakar sampahnya. Karena itu, pada November 2015 bersama ibu-ibu PKK mencoba melakukan inovasi memanfaatkan sampah tersebut, terutama sampah organik dan plastik. Yaitu menjadi pupuk dan barang kerajinan.

"Sampah organik berupa daun-daunan dan sebagainya tersebut dikumpulkan di satu tempat. Setelah melewati proses, sampah tersebut diubah menjadi pupuk kompos. Sedangkan untuk sampah berbahan plastik dan kaca, mereka pilah dan diolah kembali menjadi berbagai barang kerajinan. mulai dari pajangan, keranjang, tas belanja, sampai tas untuk pesta," kata Hariyati, Kamis (28/3/2019).

Hariyati menjelaskan, selain menjadi barang bernilai ekonomi, pengolahan sampah ini juga untuk mengedukasi warga tentang pentingnya untuk mengolah sampah dengan benar. Sebab jika diolah dengan baik, hasilnya bisa dijadikan untuk tambahan penghasilan sehari-hari.

"Memang awalnya sulit untuk membuat warga percaya, tapi saat ini sebagian besar warga kami di sini sudah bisa memilah dan mengolah sampahnya sendiri," paparnya.

Menurut Hariyati hasil dari pengolohan sampah ini, selain menambah pendapatan warga, juga menarik perhatian pemerintah daerah hingga pusat. Selain mendapatkan bantuan untuk pengolahan sampah, terutama untuk bangunan pengelolaan dan pengolahan sampah. Pengolahan sampah mereka, pada Desember 2018 lalu juga ditetapkan menjadi tempat pengolahan sampah 3R (Recycle, Re-use, dan Reduce).

“Sejak ada pengolah sampah ini, warga tidak lagi membuang sampah sembarang, namun dikumpulkan di satu tempat. Kemudian akan ada armada yang mengambil sampah-sampah itu,” jelasnya.

Untuk pengambilan sampah warga tersebut, memiliki 5 armada kendaraan motor bak terbuka. Sampah dari warga itu diambil setiap Senin dan Kamis. Untuk jasa pengambilan warga membayar Rp20-25 ribu tergantung wilayah tempat tinggalnya.

“Sampah organik yang diubah menjadi pupuk kompos, kami jual Rp1.000 per kilonya. Pupuk tersebut dikemas dalam plastik ukuran 5 kg. Untuk sampah plastik menjadi barang kerajinan, dipasarkan secara online sesuai pesanan,” terangnya.

Wakil bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan senang dengan kreativitas warga Sukomartani, Merdikorejo, Tempel tersebut. Selain sebagai solusi dalam mengatasi persoalan sampah, diharapkan juga dapat memotivasi warga lain untuk melakukan hal yang sama.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5758 seconds (0.1#10.140)