Menkominfo Ajak Pekerja Media Lawan Hoaks

Rabu, 27 Maret 2019 - 17:56 WIB
Menkominfo Ajak  Pekerja Media Lawan Hoaks
Menkoninfo Rudiantara saat membuka workshop Pendidikan Peningkatan Kesadaran Bela Negara Pekerja Media Nasional di Muspusdirla komplek Lanud Adisutjipto, Rabu (27/3/2019). FOTO/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
YOGYAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menggelar workshopPendidikan Peningkatan Kesadaran Bela Negara Pekerja Media Nasional di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) komplek Lanud Adisutjipto Yogyakarta, Rabu (27/3/2019).

Acara tersebut dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkoninfo) Rudiantara yang sekaligus menjadi pembicara kunci. Dalam kesempatan itu Menkominfo menyebut bela negara merupakan kewajiban bagi semua warga negara termasuk pekerja media.

Di tengah perkembangan teknologi, bela negara bukan hanya secara fisik namun juga dengan non fisik. Apalagi dengan era digital yang pesat kemajuanyabisa berakibat positif dan negatif. Efek dari perkembangan teknologi yang negatif adalah hoaks.

"Karena itu peran media sangat penting. Peran jurnalis sangat penting untuk bisa menangkal hoaks. Ini juga salah satu bentuk bela negara di dunia digital,” katanya.

Menurut Rudiantara hoaks sendiri bisa bermacam-macam, bisa fitnah, adu domba dan berita bohong. Untuk yang melempar hoaks bukan hanya orang Indonesia namun juga ada kepentingan asing, terutama yang tidak senang Indonesia menjadi besar dan ingin memecah belah persatuan. "Karena itu saya ajak ke semua, terutama teman media, untuk sama-sama memerangi hoaks, jangan mau diadu-adu, emang kita jangkrik,” tandasnya.

Upaya penanganan dan penanggulangan hoaks memang telah dilakukan oleh Kementerian Kominfo. Ada patroli siber Tim AIS yang melakukan verifikasi dan klarifikasi. Selain itu juga melakukan pendidikan atau literasi kepada masyarakat dengan Program Miss Lambe Hoaks. Hasil pantauan Tim AIS, selama Februari 2019 menemukenali 353 isu hoaks. Tiga besar konten hoaks berkaitan dengan politik, pemerintahan, dan kesehatan.

“Mungkin karena menuju pesta demokrasi sehingga banyak hoaks terkait politik. Seharusnya demokrasi itu fun. Karena itu Pemilu harus fun.
Disinilah peran jurnalis sangat penting untuk bisa menangkal hoaks,” ungkapnya.

Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS) Alwi Hamu dalam sambutan tertulis yang dibacakan dewan pertimbangan SPS Agus Sudaryo mengatakan jika di masa yang akan datang, negara membutuhkan jati diri yang kuat dan memiliki kemampuan lebih, jiwa ksatria, dan memiliki leadership. “Konsep bela negara inilah yang harusnya bisa ditekankan, mengingat teknologi yang berkembang sangatlah pesat,” katanya.

Saat ini pola komunikasi setiap orang bisa dilakukan dimana saja dan tidak terhalang oleh jarak dan waktu. Berkat canggihnya alat komunikasi tidak menutup kemungkinan terjadinya hoax. “Di sini, media yang juga memiliki fungsi mencerdaskan masyarakat harusnya menjadi kontrol sosial atas kemajuan tersebut,”harapnya.

Insan media termasuk di dalamnya insan pers harus memahami fungsi media itu sendiri. Media massa dan pers ikut memilliki fungsi mencerdaskan masyarakat, apalagi budaya gotong royong semakin terkikis.

“Untuk itu pers nasional harus bisa membawa ke arah yang lebih baik, harus berpegang teguh ke kode etik, agar kemerdekaan pers dapat dilakukan dengan bertanggungjawab dengan mempertimbangkan kepentingan,” terangnya.

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam sambutannnya yang dibacakan Danlanud Adisutjipto, Marsma TNI Bob Henry Panggabean mengatakan dalam era globalisasi saat ini, yang ditandai dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau institusi dituntut untuk melakukan penyempurnaan dalam semua segi yang ada pada organisasi tersebut.

“Dengan terbatasnya SDM yang ada, organisasi diharapkan dapat mengoptimalkan agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan,” jelasnya.

Untuk bisa merealisasikan SDM di atas, hendaknya diberi batasan sederhana dengan membuat tiga ciri SDM, yaitu bagaimana membuat etos kerja yang benar, memiliki otonomi dalam mengambil keputusan dan memiliki etos kerja dan otonomi tersebut.

“Dengan begitu manusia Indonesia dimungkinkan memiliki sikap dan perilaku yang kompetitif, dengan jalan taat menjalankan ibadah sesuai dengan tuntutan agama masing-masing,”terangnya

Panitia penyelenggaran kegiatan Marsma TNI Novyan Samyoga mengatakan karena kegiatan ini penting, maka para peserta harus memanfaatkan kesempatan mengikuti acara tersebut. Termasuk menyebarluaskan apa yang telah didapat dilingkungannya, baik di lingkungan kerja maupun di tengah masyarakat.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1168 seconds (0.1#10.140)