Kejayaan ISIS Tamat, di Mana Sang Pemimpin al-Baghdadi?

Minggu, 24 Maret 2019 - 09:00 WIB
Kejayaan ISIS Tamat, di Mana Sang Pemimpin al-Baghdadi?
Pemimpin kelompok ISIS, Abur Bakr al-Baghdadi. Foto/REUTERS
A A A
BAGHUZ - Kekuasaan Islamic State atau ISIS dinyatakan berakhir, Sabtu (23/3/2019), setelah kantong terakhir kelompok itu di Baghuz, Suriah, direbut Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Namun, pemimpinya, Abu Bakr al-Baghdadi, belum diketahui keberadaannya.

Setelah mendeklarasikan dirinya sebagai "khalifah" pada tahun 2014, al-Baghdadi menguasai lebih dari tujuh juta orang di sebagian wilayah Suriah dan Irak. Di wilayah yang kemudian dianggap sebagai "kekhalifahan" itulah, ISIS menerapkan hukum Islam versi mereka sendiri.

Operasi SDF didukung pemboman udara koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Sehari sebelumnya, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa "kekhalifahan" ISIS segera dilenyapkan 100 persen di Suriah

Ketika ISIS berada di puncak kekuasaannya, al-Baghdadi, 47, yang tercatat sebagai warga Irak dikabarkan telah terluka. Dia pernah beberapa kali diberitakan terbunuh, namun keberadaannya tidak pernah dikonfirmasi.

Al-Baghdadi menjadi pria paling dicari di dunia. AS telah menawarkan hadiah USD25 juta kepada siapa pun yang memiliki informasi yang mengarah pada penangkapannya.

"Dia hanya memiliki tiga sahabat; kakak laki-lakinya Jumaa, sopir dan pengawalnya Abdullatif al-Jubury, dan kurirnya Saud al-Kurdi," kata Hisham al-Hashemi, seorang ahli peneliti ISIS di Irak, seperti dikutip AFP, Minggu (24/3/2019).

Hashemi mengatakan kuartet itu kemungkinan bersembunyi di suatu tempat di gurun Badia. Gurun luas di Suriah itu membentang dari perbatasan timur Suriah dengan Irak hingga ke provinsi Homs.

Hantu

Dijuluki "The Ghost (Hantu)", al-Baghdadi belum muncul di depan umum sejak dia menyampaikan khotbah di Masjid Al-Nuri yang terkenal di Mosul pada tahun 2014, di mana dia menyatakan dirinya sebagai khalifah.

Rekaman suara terakhirnya kepada para pendukung ISIS dirilis pada Agustus, delapan bulan setelah Irak mengumumkan telah mengalahkan kelompok itu.

Ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) melakukan pertempuran terakhir melawan ISIS di Baghuz dan akhirnya merebut wilayah itu, al-Baghdadi juga tidak ditemukan di sana.

"Kami tidak berpikir dia di Suriah," kata juru bicara SDF, Mustafa Bali, kepada AFP, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Tetapi beberapa dari mereka yang melarikan diri dari Baghuz pada hari-hari terakhir runtuhnya "kekhalifahan" ISIS mengklaim bahwa mereka telah diperintahkan untuk pergi oleh al-Baghdadi.

"Seandainya khalifah tidak memerintahkannya, kami tidak akan pergi," kata seorang wanita anggota ISIS kepada AFP pada akhir Februari.

Berbeda dengan pemimpin al-Qaeda yang dibunuh, Osama bin Laden, al-Baghdadi berhasil menjaga kerahasiaannya yang telah membantunya bertahan selama bertahun-tahun.

Terlahir sebagai Ibrahim Awad al-Badri pada tahun 1971, penggemar sepak bola yang bergairah ini berasal dari Samarra, utara Baghdad.

Riwayat pendidikan di sekolah menengah tidak cukup baik. Penglihatannya yang buruk juga membuat al-Baghdadi gagal bergabung dengan tentara militer Irak. Dia kemudian dia pindah ke distrik Tobchi di Baghdad untuk belajar Islam.

"Dia memiliki visi, sejak awal, tentang ke mana dia ingin pergi dan organisasi seperti apa yang ingin dia ciptakan," kata Sofia Amara, penulis film dokumenter tahun 2017 yang mengungkap dokumen eksklusif tentang Baghdadi.

Setelah pasukan pimpinan AS menginvasi Irak pada tahun 2003, dia mendirikan organisasi pemberontak, tetapi tidak pernah melakukan serangan besar.

Ketika dia ditangkap dan ditahan di fasilitas penahanan AS di Irak selatan pada bulan Februari 2004, dia masih sangat "Islamis" level kedua atau ketiga.

Tempat penahaanannya adalah Kamp Bucca—yang kemudian dijuluki "Universitas Jihad"—tempat al-Baghdadi tumbuh sebagai teroris.

"Orang-orang di sana menyadari bahwa tidak ada orang ini, pria pemalu ini adalah ahli strategi yang cerdik," kata Amara.

Dia dibebaskan pada akhir 2004 karena kurangnya bukti. Dinas keamanan Irak menangkapnya dua kali kemudian, pada 2007 dan 2012, tetapi membiarkannya pergi karena mereka tidak tahu siapa dia.

Strategi Brutal

Pada tahun 2005, al-Baghdadi sang ayah lima anak dari dua istri yang berbeda berjanji setia kepada Abu Musab al-Zarqawi, pemimpin brutal al-Qaeda cabang Irak.

Al-Zarqawi terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak Amerika pada tahun 2006. Baghdadi kemudian mengambil alih kendali kelompok itu pada tahun 2010.

Al-Baghdadi kemudian menghidupkan kembali Negara Islam Irak (ISI) dengan wilayah diperluas ke Suriah pada 2013. Pada tahun itu, dia menyatakan kelompoknya merdeka dari al-Qaeda.

Pada tahun-tahun berikutnya, kelompok ISIS yang dipimpin Baghdadi merebut petak-petak wilayah Irak dan Suriah, membentuk sistem pemerintahan yang brutal, dan mengilhami ribuan orang dari luar negeri untuk bergabung dengan "kekhalifahan" ISIS.

Al-Baghdadi dibesarkan dalam sebuah keluarga yang terbagi antara klan agama dan perwira yang setia pada partai Baath sekuler, pimpinan Saddam Hussein. Bertahun-tahun kemudian, kelompok "Islamis"-nya memasukkan mantan-Baath, memanfaatkan kepahitan yang dirasakan banyak perwira setelah langkah Amerika untuk membubarkan tentara Irak pada tahun 2003.

Dia diperkirakan memiliki tiga istri. Dia telah dituduh berulang kali memerkosa gadis dan wanita yang dia sandera sebagai "budak seks", termasuk seorang gadis remaja Yazidi dan pekerja bantuan AS Kayla Mueller, yang kemudian dibunuh.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3113 seconds (0.1#10.140)