Radikalisme Disuntikkan Secara Halus melalui Doktrinasi Agama

Kamis, 21 Maret 2019 - 15:30 WIB
Radikalisme Disuntikkan Secara Halus melalui Doktrinasi Agama
Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY menggelar lomba Video dan diskusi film dengan tema Satukan Indonesia untuk menyasar generasi milenial guna mencegah radikalisme dan terorisme. FOTO/SINDOnews/SUHARJONO
A A A
YOGYAKARTA - Kasus radikalisme di Indonesia perlu mendapatkan perhatian serius dan upaya pencegahan bersama. Ini lantaran paham radikal tersebut dimasukkan secara halus dan perlahan-lahan.

Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslich mengatakan, terorisme masuk dengan disuntikkan perlahan-lahan melalui penyemaiaan menggunakan media agama. Upayanya cukup lihai karena mulai dari mengajak salat yang tertib, puasa kemudian meningkatkan keislaman dan ketakwaan.
"Dari sini ajarannya sangat baik dan positif, pemerintah mendukung," katanya saat pembukaan lomba video pendek dan workshop film Satukan Indonesia yang digelar Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY di Hotel Ros-In Yogyakarta, Kamis (21/3/2019).

Dijelaskan, doktrinasi kemudian muncul dengan dibuat sistem kontroversial dengan dalih agama. "Di sinilah paham radikalisme berdalih agama mulai dimasukkan. Dengan isu-isu kontroversi antara agama dan masyarakat," tuturnya.

Setelah doktrinasi masuk, para korban akhirnya nekat dan menganggap orang yang berbeda pandangan dengan dirinya layak dibenci bahkan dibunuh. "Semua lewat suntikan halus disemai dan dianggap kekerasan yang dilakukan sebagai jihad fisabilillah," ucap Halim.

Abdul Halim melihat ada upaya menyalahgunakan Alquran dan hadist. Padahal Tuhan menakdirkan umat berbeda-beda, baik suku, dan keyakinan. "Kebinekaan adalah takdir dan kita harus menghormati. Karena itu takdir Tuhan," katanya.

Untuk itu wakil bupati Bantul berharap penanggulangan terorisme dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk. Sesuai dengan generasi, termasuk generasi milenial dengan cara milenial juga. "Seperti lomba film pendek ini menjadi sangat bagus," katanya.

Ketua FKPT DIY, Mukhtasar Syamsuddin mengungkapkan, FKPT merupakan organisasi yang sifatnya pencegahan. Jadi lembaga ini adalah lembaga penanggulangan terorisme, tapi kegiatan yang sifatnya mengajak agar tidak terjadi upaya upaya radikalisasi di DIY. Salah satunya melakukan edukasi melalui lomba video pendek dengan tema Satukan Indonesia. Ini menjadi cara efektif mengajak generasi milenial untuk peka dengan lingkungan dan memberikan pesan humanis bagi masyarakat.

"Ini sudah ketiga kalinya digelar dan luar biasa dampak maupun kualitas generasi muda dalam memberikan pesan-pesan moral untuk antiradikalisme dan terorisme," katanya.

Sementara, Kepala Seksi Pengawasan Barang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Faizal Zan Aulia mengatakan, gaya penanggulangan terorisme yang dilakukan untuk generasi muda memang dilakukan tidak biasa. Ini lantaran saat ini memberikan sosialisasi terhadap generasi muda tidak bisa dilakukan dengan cara-cara formal.

"Kalau generasi milenial disodori hal-hal yang serius tidak akan kena, sukanya teknologi, dibuat nonformal dan tidak saklek. Dengan adanya kegiatan seperti ini, pencegahan radikalisme dan terorisme bisa lebih efisien," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.3045 seconds (0.1#10.140)