Menuai Protes, Ganjar Tegaskan Tak Ada Motivasi Politik Praktis

Sabtu, 16 Maret 2019 - 09:50 WIB
Menuai Protes, Ganjar Tegaskan Tak Ada Motivasi Politik Praktis
Menuai protes, Ganjar tegaskan tak ada motivasi politik praktis dalam gelaran Apel Kebangsaan Kita Merah Putih. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
MAGELANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak mempermasalahkan sejumlah pihak yang protes penyelenggaraan Apel Kebangsaan Kita Merah Putih. Bahkan dirinya mengundang mereka untuk turut bergabung, bukan untuk mencaci tapi saling memuji.

Protes yang dilancarkan terkait penyelenggaraan Apel Kebangsaan Kita Merah Putih yang akan digelar di lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang, Minggu (15/3/2019) itu menyinggung soal pendanaan yang mencapai Rp 18 miliar dan kampanye terselubung salah satu capres. Soal pendanaan, Ganjar Pranowo memastikan telah sesuai prosedur.

"Kami sangat transparan maka siapapun bisa melihat. Soal tidak sepakat dengan jumlah monggo. Tapi kami harus menghadirkan seluruh masyarakat di Jawa Tengah," kata Ganjar, Jumat (15/3/2019) malam.

Soal besar atau kecilnya anggaran kegiatan, menurut Ganjar itu relatif. Karena acara tersebut bakal dihadiri sampai 130.000 warga Jawa Tengah dari 35 kabupaten kota. Namun jika ada asumsi atau tuduhan dana penyelenggaraan itu dikorupsi, itu tidak benar.

"Kalau Anda tahu, (dana) itu untuk mereka semua. Target kita 100 ribu. Dihitung lagi ternyata 130 ribu. Yang lain asumsi, katanya mau dikorupsi. Kalau kami mau sembunyi sembunyi nggak kami bukak kok. Makanya semua orang bisa buka, itu hebatnya (transparansi) Jawa Tengah. Makanya kita buka untuk dikritisi. Soal tidak sepakat jumlah nggak apa-apa. Tapi kita bisa jelaskan," katanya.

Terkait tuduhan kampanye terselubung, Ganjar menegaskan bahwa kegiatan ini tidak ada motivasi politik praktis meskipun diselenggarakan menjelang pemilu, apalagi untuk dukung salah satu pasangan calon presiden. Dia pun mengajak agar semua hadir, termasuk yang mengkritisi acara ini.

"Justru menjelang pemilu. Kami tidak mau Jawa Tengah dirobek-robek. Maka kita hadirkan semua orang. Makanya kalau ada orang marah-marah ini kampanye terselubung, lho yang mana (dukungan) capres tertentu. Maka kita undang semuanya. Mereka yang belum punya hak pilih kita undang sehingga kita bisa menanamkan itu. Siapapun boleh datang, tapi kami berprinsip bertanggungjawab ini kerja kita bersama," katanya.

Ganjar menjelaskan terselenggaranya acara ini sebagai bentuk kekhawatirannya terhadap banyaknya fitnah, hoaks maupun ujaran kebencian yang terjadi, khususnya di Jawa Tengah. Yang membuat Ganjar makin gelisah, hal-hal negatif tersebut justru tersebar saat menjelang pemilu sejak Pilgub lalu. Makanya begitu terpilih kembali, Ganjar ingin memupuk kembali rasa persatuan di Jawa Tengah.

"Ingat Jawa Tengah selama ini aman dan baik-baik. Tapi hari ini kita sangat terganggu dengan intensitas tinggi hoaks dan pembakaran di Jawa Tengah. Sampai hari ini belum ketangkep pelakunya. Apa artinya, kami tidak mau kita dirobek robek. Maka kita buat acara itu agar kita semua bisa bersatu. Tidak ada kepentingan politik," tegasnya.

Namun Ganjar menyayangkan semua kritikan itu dilontarkan oleh pihak-pihak yang secara pilihan politik berbeda dengan dirinya. Untuk meminimalisir acara tersebut dipolitisasi, juga telah diinstruksikan pelarangan membawa atribut partai.

"Memang saya sedih, di medsos (yang protes) ternyata dari satu kelompok yang kebetulan berbeda pandangan politik dengan saya. Padahal menurut saya mereka hadir pun boleh. Makanya (yang hadir) kita larang menggunakan atribut politik dan capres. Makanya ikut aja, ikut bareng agar itu kepentingan kita bersama. yuk kita saling puji di tempat itu yuk. Menurut saya akan jauh lebih baik itu. Jadi asyik gitu," katanya.

Ganjar berharap dengan adanya kegiatan Apel Kebangsaan Kita Merah Putih itu, bisa memberikan nuansa sejuk pada Pilpres mendatang. Karena di panggung itu hanya ada satu suara, Indonesia.

Apel Kebangsaan Kuras Anggaran Rp18 Miliar

Sementara itu, rencana Apel Kebangsaan juga menuai protes. Kegiatan yang menguras anggaran hingga Rp18 miliar itu juga disebut tanpa pembahasan yang melibatkan dewan.

“Jadi ini cukup berlebihan dari anggaran yang sampai Rp18 miliar diambilkan dari APBD dan dipakai hanya untuk seremoni selebrasi seperti itu,” ujar anggota Komisi A DPRD Jawa Tengah, Sriyanto Saputro, Jumat (15/3/2019).

Sriyanto menambahkan, untuk menggelar acara besar dengan anggaran besar biasanya membutuhkan pembahasan panjang dengan DPRD.

“Saya selama di Komisi A belum pernah mendapatkan informasi tentang kegiatan tersebut. Biasanya seperti itu (acara) jauh-jauh hari diusulkan kemudian dibahas, tapi entah ini karena saya enggak tahu atau bagaimana bentuk kegiatan ini memang saya tidak tahu,” terang dia.

Sementara itu Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah Achmad Rofai menambahkan Apel Kebangsaan ini akan melibatkan seluruh komponen yang ada di Jateng. "Seperti santri, pramuka, linmas, pekerja, petani, nelayan, pelajar, seniman, mahasiswa, pelajar, tokoh lintas agama hingga olahragawan dan kelompok difabel," ujarnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6162 seconds (0.1#10.140)