Bandara Kertajati dan Hang Nadim Jadi Opsi Lokasi Pembuatan Pesawat R80

Senin, 11 Maret 2019 - 17:11 WIB
Bandara Kertajati dan Hang Nadim Jadi Opsi Lokasi Pembuatan Pesawat R80
Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Habibie memastikan pembuatan Pesawat R80 terus berjalan. Purwarupa atau prototipe pesawat rencananya akan dibuat tahun ini. FOTO/IST
A A A
SOLO - Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Habibie memastikan pembuatan Pesawat R80 terus berjalan. Purwarupa atau prototipe pesawat rencananya akan dibuat tahun ini.

"Tahun ini ada investor, buat kami lumayan besar dari Indonesia," kata Ilham Habibie usai mewakili orang tuanya Profesor BJ Habibie menerima penghargaan Parasamya Anugraha Widyatama Makayasa saat puncak Dies Natalis Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, senin (11/3/2019).

Namun ia masih enggan membeberkan investor yang dimaksud, termasuk nilai investasi karena masih proses perundingan. Selain itu, pembuatan purwarupa atau prototipe rencananya mulai dikerjakan tahun ini.

Ada dua alternatif lokasi pembuatan yang juga tengah dirundingkan. Pertama di Bandara Kertajati, Jawa Barat dan alternatif kedua di Bandara Hang Nadim Batam. Pembuatan pesawat juga melibatkan PT Dirgantara Indonesia (DI) sebagai bagian dari konsorsium. Dengan beroperasinya Bandara Kertajati, terdapat kawasan aero city yang di situ terdapat kawasan industri.

"harapan kami untuk perakitan final dilakukan di Kertajati di pinggir lapangan udara," katanya.

Dalam waktu dekat, harapannya sudah bisa diputuskan untuk mulai membangun pabrik di lokasi itu. Namun sekali lagi, hal itu juga masih dalam tahap perundingan. Sementara untuk pembuatan purwarupa, diperkirakan membutuhkan waktu empat tahun. Sedangkan untuk mulai terbang diperkirakan tahun 2024-2025.

Sejauh ini, jumlah pemesan pesawat telah mencapai 155 unit dari empat perusahaan di Indonesia. Di antaranya adalah Sriwijaya. Pesawat belum ada rencana dipasarkan di luar negeri karena pasar terbesar adalah di dalam negeri.

Fokus awal diakui untuk keperluan di dalam negeri. Namun tujuannya tidak hanya di dalam negeri saja. Sebab banyak negara di dunia yang memiliki karakteristik kepulauan seperti di Indonesia. "Sehingga membutuhkan pesawat jarak pendek yang bisa mendarat di landasan yang tidak terlalu panjang," katanya.

Negara-negara yang hampir mirip kondisinya dengan Indonesia antara lain Filipina, Vietnam, Thailand. Selain itu juga wilayah Asia selatan, Amerika latin, dan Australia.

Dalam kesempatan sebelumnya, Ilham Habibie menyebut pembuatan Pesawat R80 membutuhkan dana sekitar USD1,6 miliar atau Rp20 triliun. Produk pesawat R80 menjadi pilihan karena di kelas yang sama tidak ada saingan. Pesawat mampu membawa 80 penumpang tapi tetap menggunakan baling baling.

Pesawat R80 merupakan jenis pesawat baling baling untuk penerbangan jarak pendek dengan landasan yang pendek. Sehingga sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Indonesia juga telah memiliki pengalaman membuat pesawat N250 sekitar tahun 1990 lalu. Pesawat N250 bisa dikatakan merupakan kakak R80. N250 merupakan pesawat dua engine dengan lima penumpang. Demikian pula R80 juga dua menggunakan dua engine namun lebih besar 60% karena disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.

Putra mantan Presiden BJ habibie itu berharap pesawat R80 mampu membangkitkan industri dirgantara di Indonesia. Termasuk desaiannya yang membuat orang-orang Indonesia sendiri. Indonesia selama dua generasi telah memiliki ribuan orang memiliki kemampuan di bidang pesawat. Namun kekurangannya adalah tidak memiliki proyek. Sementara, dana Rp20 triliun untuk proyek pesawat R80, bukan hanya untuk membuat prototipe tetapi juga pabriknya.

Namun dengan pesanan yang telah ada, biaya yang dikeluarkan sudah bisa balik modal. Nilai Rp20 triliun merupakan investasi private dan nilainya tidak sepenuhnya cash karena menggunakan pola bisnis partner. Yakni perusahaan dirgantara yang ikut ambil bagian, membuat bagian pesawat. Sejumlah mitra investor strategis sudah ada yang bersedia bergabung. Mereka memiliki usaha dan berkembang di sektor sama, yaitu bidang dirgantara.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5530 seconds (0.1#10.140)