Tim Emergency Response ACT Jateng Evakuasi Warga Terdampak Banjir-Longsor di Klaten

Jum'at, 08 Maret 2019 - 08:00 WIB
Tim Emergency Response ACT Jateng Evakuasi Warga Terdampak Banjir-Longsor di Klaten
Tim Emergency Response ACT Jateng memperlihatkan kondisi wilayah terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis (7/3/2019). Foto/Istimewa
A A A
KLATEN - Tim Emergency Response ACT Jateng melakukan evakuasi dan membantu warga menyelamatkan barang-barang berharga di wilayah terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Berdasarkan pantauan Tim Emergency Response ACT Jateng, setidaknya terdapat enam kecamatan yang terdampak banjir akibat hujan deras yang mengguyur Kabupaten Klaten pada Rabu (6/3/2019).

Enam kecamatan yang terdampak banjir hingga Kamis (7/3/2019), antara lain Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, Kecamatan Gantiwarno, Kecamatan Klaten Selatan, Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Karangdowo. Lokasi terparah ketinggian air diperkirakan mencapai satu meter.

Selain hujan lebat, banjir juga disebabkan oleh jebolnya beberapa tanggul. “Terdapat tujuh kelurahan yang tergenang banjir di Kecamatan Bayat. Setelah kami pantau penyebabnya adalah meluapnya aliran Sungai Dengkeng dan jebolnya tanggul penahan air,” ungkap Bambang Yudi, dari Tim ER - ACT wilayah Klaten dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Kamis (7/3/2019) malam.

Tim Emergency Response ACT Jateng Evakuasi Warga Terdampak Banjir-Longsor di Klaten


Ia menyebutkan, terdapat 55 warga yang mengungsi dari 13 KK yang tercatat di wilayah tersebut. “Selain banjir, terjadi juga tanah longsor di Desa Paseban dan tebing longsor di Desa Krakitan. Harap menjadi perhatian bagi warga yang berada di sekitar bantaran sungai Gamping Kecamatan Cawas, dan Sungai Ngogik di Kecamatan Klaten Selatan, karena sejak kemarin sore terpantau meluap,” ungkapnya.

Sehari setelah banjir, air sudah mulai surut dengan ketinggian genangan air sekitar 10 cm. Warga di berbagai desa memperbaiki tanggul yang jebol.

Giyanto, selaku kepala Program ACT Jateng mengimbau warga untuk tidak panik dan diharapkan selalu melaporkan kondisi terkini di lokasi bencana.

“Warga adalah sumber informasi primer, oleh karena itu kita bisa memahami bencana apa yang terjadi dan bantuan apa yang paling dibutuhkan adalah berdasarkan pemaparan warga penyintas bencana,” kata Giyanto. Menurutnya, pada bencana banjir biasanya warga akan kesulitan mendapatkan air bersih dan kebutuhan pangan.

Dia menambahkan, selain bantuan pangan selanjutnya adalah pelayanan kesehatan karena kerap kali penyakit kulit dan infeksi pencernaan menjadi momok bagi korban banjir.

“Tim kami masih terus melakukan evakuasi dan pemantauan di lapangan. InsyaAllah kita sudah menyiapkan relawan medis dan segera memberi bantuan kepada warga yang membutuhkan,” pungkasnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1824 seconds (0.1#10.140)