Kasus Corona di AS Lampaui China, 85.749 Warga Positif Covid-19

Sabtu, 28 Maret 2020 - 08:15 WIB
Kasus Corona di AS Lampaui China, 85.749 Warga Positif Covid-19
Petugas medis membawa warga yang diduga terinveksi virus corona di New York. Foto/Reuters
A A A
NEW YORK - Penyebaran virus corona (Covid-19) seakan tak terbendung. Kemarin jumlah kasus positif di AS tercatat untuk pertama kalinya melampaui China. Data terakhir menunjukkan jumlah kasus corona di AS mencapai 85.749 atau menjadi yang tertinggi di dunia saat ini.

Sementara China yang selama ini terus berada di urutan teratas memiliki kasus sebanyak 81.340. Namun, angka kematian di AS yang mencapai 1.304 orang masih lebih rendah dibandingkan China (3.292), Italia (8.215), Spanyol (4.858), Iran (2.378), dan Prancis (1.696).

Persebaran virus corona di AS ini cukup mengagetkan. Pada akhir Februari lalu, AS baru mengonfirmasi ada puluhan warganya yang positif terpapar oleh virus ini. Sebagian besar korban diketahui pernah ke China. Kasus kematian pasien korona pertama juga tercatat pada 29 Februari.

Laporan terbaru sebagaimana dirilis Johns Hopkins University dan worldometer.com ini hanya berselang beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump percaya diri tingkat bahwa persiapan dan kesiagaan AS lebih baik dibandingkan Eropa. Trump juga yakin AS memiliki kemampuan dan ilmu kedokteran mumpuni dan memadai dalam menangani Covid-19. “Membeludaknya jumlah pasien ini menunjukkan skala pengujian yang kami lakukan belakangan ini,” ujar Trump, Kamis (26/3) waktu lokal, dikutip BBC.

Wakil Presiden AS Mike Pence menambahkan, pengujian sudah siap dan akan segera dilakukan di 50 negara bagian AS. Saat ini lebih dari 552.000 orang telah diperiksa.

Trump kembali menegaskan pemerintah AS meragukan transparansi data yang dikeluarkan China mengingat terjadinya perubahan pendekatan dan metode pendataan. Pasalnya, China awalnya hanya mendata pasien positif sebelum pasien dengan gejala menyerupai Covid-19 telah dimasukkan ke dalam daftar.

Meski demikian, Trump dan China telah meneken kerja sama dalam menangani Covid-19, terutama terkait informasi dan teori sehingga ilmuwan AS tidak perlu bekerja dari nol. Setelah berkomunikasi dengan Presiden China Xi Jinping, Trump mengakui China telah melalui masa sulit, tapi China mampu tetap tegar.

Pemerintah AS juga tidak berencana memperpanjang masa liburan sehingga warga AS diharapkan kembali menjalankan roda bisnis dan investasi pada 12 April. Trump mengatakan masyarakat AS harus kembali bekerja. Dia menjamin tenaga ahli kesehatan AS akan mampu menangani Covid-19 dalam waktu singkat.

Dalam surat kepada gubernur, Trump mengatakan bahwa pemerintah pusat berencana merilis buku panduan sosial dan menyarankan kawasan untuk memperlonggar peraturan terkait Covid-19. Jika negara bagian mampu mematuhi protokol dan mengimplementasikan saran ahli kesehatan, berbagai larangan akan dicabut.

Data Tidak Sama

AS memang mengalami lonjakan pasien belakangan ini. Namun, para ahli mengatakan data yang dikeluarkan setiap negara tidak sama. Sejumlah negara memiliki standar laporan, pendekatan pengujian, dan pendekatan pelacakan kasus yang berbeda. Artinya, data itu tidak dapat dibandingkan satu sama lain. Profesor Sheila Bird dari Cambridge University mengatakan pengujian dan pelaporan di satu negara saja bahkan tidak konsisten dan sering berubah-ubah. Peraturan siapa yang harus diperiksa, kapan, dan di mana tidak pernah sama dari waktu ke waktu. Dia juga mendesak dunia lebih agresif memeriksa warganya.

Inggris yang saat ini melaporkan sebanyak 9.962 warganya positif terinfeksi Covid-19, juga didesak lebih agresif. Pemerintah Inggris mengakui sistem kesehatannya tidak memadai untuk memeriksa seluruh warganya yang sakit. Hanya pasien kondisi buruk yang dirawat di rumah sakit (RS) dan diperiksa secara berkala.

Masyarakat Inggris yang mengalami sakit, tapi tidak kritis dan masih muda, akan diminta mengisolasi diri di rumah tanpa diperiksa satu kali pun. Mereka juga tidak dimasukkan ke dalam data pasien Covid-19. Dengan demikian, tak heran jika tingkat kematian di Inggris tergolong tinggi mengingat jumlah pasiennya sedikit.

Di Jerman, setiap warga yang sakit dan diyakini berinteraksi dengan pasien positif Covid-19 atau pernah pergi ke kawasan terdampak akan diperiksa. Saat ini lebih dari 41.519 warga Jerman positif terjangkit Covid-19, 239 di antaranya tewas. Adapun di Korea Selatan, riwayat sosial pasien akan ditelusuri secara detail. “Salah satu hal yang berbahaya dari data ini ialah ketika kita salah membaca,” kata Profesor Associate Tildesley dari Warwick University. Secara internasional, para ahli mengambil data dari media massa, Organisasi Kesehatan Dunia, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dan lembaga kesehatan setempat.

Darah A Rentan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 2.000 pasien dan warga sehat di China, orang dengan golongan darah A lebih rentan terhadap Covid-19 dibandingkan golongan darah O. Tim ilmuwan yang dipimpin Wang Xinghuan dari RS Zhongnan itu mengatakan bahwa pasien golongan darah A juga menunjukkan gejala serius. “Pasien positif dengan golongan darah A mencapai 41%, sedangkan golongan darah O 34%. Perawatan dan penangannya juga lebih intensif,” kata Xinghuan, dilansir Korea Times. “Orang dengan golongan darah A perlu memperkuat daya tahan tubuh dan lebih waspada untuk mengurangi risiko tertular virus Covid-19.”

Sebelumnya, 86% pasien virus Covid-19 yang meninggal dunia di Korea Selatan (Korsel) juga mengidap tekanan darah tinggi dan diabetes atau kombinasi keduanya. Hal itu diungkapkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korsel setelah melakukan penelitian selama beberapa pekan. (Muh Shamil)
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.4409 seconds (0.1#10.140)