Serangan Umum 1 Maret 1949 Diusulkan Jadi Hari Nasional

Sabtu, 02 Maret 2019 - 17:54 WIB
Serangan Umum 1 Maret 1949 Diusulkan Jadi Hari Nasional
Seminar nasional peringatan 70 tahun SU 1 Maret 1949 Penegakan KedaualanNKRI digelar di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Sabtu (2/3/2019). FOTO/IST
A A A
YOGYAKARTA - Serangan Umum (SU) 1 Maret 1949 diusulkan menjadi hari nasional. SU 1 Maret 1949 merupakan peristiwa yang sangat penting untuk bangsa Indonesia. Bukan hanya sekedar menunjukkan Indonesia masih berdiri, namun juga memperkuat posisi Indonesia dalam sidang PBB sehingga berdampak pada pengakuan kedaulatan Indonesia.

“Untuk kepentingan tersebut, saat ini kami sedang mengali dengan melakukan kajian dan menyusun naskah akademik,” kata kepala Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjan Mada (UGM) Sri Margana saat seminar peringatan 70 tahun SU 1 Maret 1949 Penegakan
KedaualanNKRI di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Sabtu (2/3/2019).

Sri Margana menjelskan ada dua nilai penting yang harus digali, agar SU 1 Maret bisa dijadikan alasan menjadi hari Nasio. Pertama dari nilai momen terbesar persatuan antara pemimpin sipil dan pemimpin militer mencapai satu tujuan. Kedua, dari sisi militer, hari nasional yang diperingati sebagai hari militansi TNI karena SU 1 Maret merupakan keberhasilan operasi militer yang luar biasa sehingga
berujung pada pengakuan kedaulatan.

"SU 1 Maret merupakan revolusi rakyat semesta yang mengikutkan seluruh lapisan masyarakat," jelasnya.

Selain itu, juga harus mengusulkan SU 1 Maret menjadi hari nasional. Ada dua usulan, yaitu Hari Kedaulatan Nasional Indonesia dan Hari Penegakan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu sekarang sedang melakukan kajian. Sedikitnya ada 30 karya buku dan kajian tentang SU 1 Maret, baik dari saksi atau pelaku dalam sebuah buku memoar. Ada juga yang ditulis kalangan militer, sejarahwan para akademisi dan para jurnalis yang menjadi saksi mata.

“Ada tiga inti dalam buku-buku dan kajian tentang SU 1 Maret itu, yaitu Pra dan Pasca SU 1 Maret, lalu detail-detail, dan dampaknya," terangnya.

Kepala Museum Benteng Vredeburg, Suharja juga mengatakan SU 1 Maret 1949 yang terjadi 70 tahun silam merupakan peristiwa besar yang punya pengaruh sangat signifikan. Dimana peristiwa tersebut, sebagai lonceng bangun tidurnya dunia karena menunjukkan republik Indonesia bersama TNI masih eksis.

"Selama 6 jam, TNI mampu masuk dan menduduki pusat Kota Yogyakarta. Peristiwa ini mampu memojokkan Belanda dalam Sidang Dewan PBB," jelasnya.

Ia pun menyebut SU 1 Maret merupakan bagian dari politik bersama bangsa Indonesia sehingga harapannya seminar ini bisa memberikan pehamaman sejarah bagi generasi muda agar melek sejarah.

Hal yang sama diungkapkan Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan SU 1 Maret merupakan peninggalan sejarah dalam menghadapi agresi militer Belanda. Sehingga membuktikan kedudukan Pemerintah Indonesia masih ada dan eksis, serta memperkuat posisi
Indonesia dalam dalam sidang Dewan PBB.

“"Selain itu mematahkan moral pasukan Belanda dan membuktikan kepada dunia bahwa TNI masih punya kekuatan," kata Sultan HB X dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Kesbangpol DIY, Agung Supriyono
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2786 seconds (0.1#10.140)