Hujan Abu, Warga Diminta Tetap Tenang

Sabtu, 02 Maret 2019 - 12:30 WIB
Hujan Abu, Warga Diminta Tetap Tenang
Gunung Merapi paska mengeluarkan awan panas guguran terlihat dari daerah Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Sabtu (2/3/2018). FOTO/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
SLEMAN - Gunung Merapi yang ada di perbatasan Sleman DIY dengan Magelang, Boyolali dan Klaten Jawa Tengah kembali mengeluarkan awan panas, Sabtu (2/3/2019).

BPPTKG mencatat dari pukul 00.00 WIB-06.00 WIB terjadi 21 kali guguran dengan durasi 11-93 detik. Dari jumlah ini 7 di antaranya guguran awan panas, yaitu pukul 04.51WIB, 04.54 WIB, 05.03 WIB, 05.07 WIB, 05.10 WIB, 05.33 WiB dan 05.40 WIB dengan jarak luncur 800-900 meter. Awan panas ini menimbulkan hujan abu tipis di beberapa tempat, yaitu di Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Kaliurang, Hargobinangun, Turgo dan Ngepring, Purwobinangun, Pakem, Nganggring, Girikerto dan Tunggul Arum, Wonokerto, Turi.

Adanya hujan abu ini menyebabkan truk-truk tambang di sepanjang jalur Sungai Gendol meninggalkan lokasi. Namun secara umum kondisi di wilayah kawasan rawan bencana (KRB) III tetap kondusif dan aktivitas masyatakat tetap berjalan normal. Untuk status Gunung Merapi level II (waspada).

Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto mengatakan hujan abu terjadi sekitar pukul 07.00 WIB. Adanya hujan abu ini karena guguran awan panas tersebut terkena angin, sehingga jatuhnya mengikuti arah angin tersebut.

"Jika tidak terbawa angin hanya akan jatuh di sekitar guguran awan panas dan yang terbawa angin akan jatuh di beberapa tempat," kata Joko di Posko BPBD Sleman Pakem, kepada Sindonews, Sabtu (2/3/2019).

Joko mengatakan meski kondisi masih aman tetap meminta warga mematuhi rekomendansi dari BPPTKG, di antaranya tidak ada aktivitas dan mengosongkan radius 3 km dari Merapi. Warga di KRB III meningkatkan kesiapsiagaan, terutama yang berada di sepanjang aliran sungai Gendol mewaspadai lahar dingin jika terjadi hujan di puncak Merapi.

"Untuk antisipasi hujan abu ini sudah menyiapkan 600.000 masker di gudang BPBD dan juga di balai desa KRB III, sehingga bagi warga yang menginginkan masker bisa meminta ke tempat tersebut," jelas mantan Kepala Sat Polpp Sleman itu.

Menurut Joko BPBD Sleman sendiri telah melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi dan menanggani bencana Merapi ini. Di antaranya dengan membentuk desa tangguh benxana (Destana) di KRB yang berada di wilayah kecamatan Cangkringan, Pakem dan Turi. KRB III ini, berada di Kalitemgah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen, Kopeng, Petung dan Turgo.

Selain itu juga sudah memberikan mitigasi bencana kepada warga. Membuat peta evakuasi, baik tempat titik kumpul dan jalur menuju barak. Pemasangan rambu jalur evakuasi dan barak pengungsian. Bahkan warga juga sudah menestimasi dan menyiapkan berapa jumlah kendaraan yang diperlukan untuk evakuasi. Sehingga mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi erupsi Merapi.

"Untuk jalur evakuasi kami sudah memasang 300 rambu dan 22 barak pengungsian (12 milik pemkab dan 10 milik desa). Tiap barak bisa menampung 300 pengungsi," terangnya.

Joko juga menegaskan meski Merapi sering mengeluarkan awan panas tetapi untuk wisata di lereng Merapi, seperti Kaliurang dan Lava Tour Merapi tetap aman untuk dikunjungi.

Warga Glagaharjo, Cangkringan Jauharwan, 24 membenarkaj di Kalitengah Lor terjadi hujan abu tipis paska awan panas guguran Merapi. Namun untuk aktivitas warga tetap seperti biasa. "Ya tadi di Kalitengah Lor ada hujan abu tapi aktivitas normal," ungkapnya. (Baca Juga: Merapi 7 Kali Semburkan Wedus Gembel(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.0167 seconds (0.1#10.140)