Belajar di Rumah, Siswi SMKN 1 Salatiga Tekuni Nail Art

Selasa, 24 Maret 2020 - 21:22 WIB
Belajar di Rumah, Siswi SMKN 1 Salatiga Tekuni Nail Art
Sejumlah siswi SMKN 1 Salatiga saat menghias kuku palsu di salah satu rumah siswi Jalan Taman Pahlawan No.30 RT 16 RW 03 Salatiga, Selasa (24/3/2020). Foto/IST
A A A
SALATIGA - Sejumlah siswi SMKN 1 Salatiga mengisi waktu belajar di rumah selama masa antisipasi virus corona dengan mengerjakan tugas dari guru dan menekuni seni menghias kuku palsu (nail art). Kuku palsu hias produksi mereka juga laku dijual sehingga hasilnya dapat digunaka untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan lainnya.

Salah seorang siswi jurusan Tata Kecantikan SMKN 1 Salatiga Melia Setia Dora (18) menuturkan, pada libur sekolah ini, guru tidak memberikan tugas berupa soal-soal melainkan meminta murid untuk membuat barang kerajinan. Akhirnya, beberapa siswa memilih untuk membuat kerajinan nail art.

“Nail art atau seni menghias kuku adalah salah satu keterampilan tangan yang berfungsi untuk mempercantik kuku. Ini memiliki nilai ekonomi. Semakin rumit tingkat kesulitan hiasannya, harga semakin tinggi,” katanya disela-sela menghias kuku palsu di rumah salah seorang temannya di Jalan Taman Pahlawan No.30 RT 16 RW 03 Salatiga, Selasa (24/3/2020).

Dia menjelaskan, pembuatan barang kerajinan masuk dalam mata pelajaran produk kreaatif dan kewirausahaan. "Dengan tugas kerajinan ini, kami tidak jenuh selama diwajibkan belajar di rumah guna menghindari penyebaran Covid-19," ujarnya.

Dia mengaku dalam proses pembuatan neil art tidak banyak kesulitan. Meski demikian, guru tetap memberikan bimbingan secara online. “Sesekali kami juga dikunjungi di rumah masing-masing untuk memantau tugas siswi,” katanya.

Siswi lain, Rossa Hasna Shafira (16) menambahkan, seni menghias kuku palsu tidak sulit, hanya perlu ketekunan. "Kunci dari nail art ini adalah ketekunan dan kesabaran. Semua bahan dasarnya berukuran kecil, sehingga cukup rumit,” tuturnya.

Ada pun, bahan yang digunakan dalam menghias adalah kuku plastik sintetis, kutek, berlian atau hiasan, glitter, kikir, kuas serta lem khusus kuku palsu untuk memasang. Rata-rata tiap siswi mampu memproduksi 80 biji kuku palsu hias.
Per 10 biji dijual dengan harga berkisar antara Rp20.000 hingga Rp50.000. “Harga ditentukan sesuai tingkat kesulitanya. Saat ini, kami menjual secara online. Pembelinya lumayan banyak,” ucapnya.

Sementara itu, seorang guru pembimbing jurusan Tata Kecantikan SMKN 1 Salatiga Neny Sulistiyanto mengungkapkan, sesuai anjuran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim serta Gubenur Jateng Ganjar Pranowo siswa yang belajar di rumah diberi tugas tidak harus dalam bentuk soal-soal. "Guru memberikan tugas secara on-line. Namun tugas yang diberikan tidak harus dalam bentuk soal melainkan dalam bentuk tugas yang membuat siswa enjoy seperti nail art," ujarnya.

Kepala SMKN 1 Salatiga Sriyanto mengatakan, selama belajar di rumah, murid sengaja diberi tugas membuat barang kerajinan agar tidak jenuh. Jadi mereka tetap bisa berkarya meski pun belajar di rumah.

"Ini untuk meningkatkan kreativitas sekaligus memberi nilai ekonomi bagi mereka (murid). Minimal mereka bisa mencari uang saku sendiri,” ucapnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8101 seconds (0.1#10.140)