Menaker Ajak Generasi Milenial Kuasai Keterampilan

Selasa, 26 Februari 2019 - 17:19 WIB
Menaker Ajak Generasi Milenial Kuasai Keterampilan
Menaker Hanif Dhakiri saat meninjau fasilitas Studio Fashion Technology di BBPLK Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/02/2019). FOTO/SINDOnews/Ahmad Antoni
A A A
SEMARANG - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif Dhakiri merombak sistem pembelajaran di Balai Besar Pengembangan Latikan Kerja (BBPLK) di Kota Semarang, menjadi lebih bergengsi dan mampu menarik generasi milenial.

Hal itu dilakukan, karena pihaknya tak ingin anak didik atau peserta di BBPLK bekerja menjadi buruh selamanya. Dan wujud dari perombakan tersebut adalah pengembangan Kejuruan Fashion Technology, yang semula hanya sebatas Kejuruan Menjahit.

"Selama ini, pelatihan menjahit itu dikesankan ndeso. Sehingga kami ingin keterampilan ini juga dikuasai generasi milenial," tandas Hanif Dhakiri saat meresmikan Studion Fashion Technology dan Pembukaan Pelatihan Berbasis Kompetensi 2019 di BBPLK Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/2/2019).

Untuk diketahui, Studio Fashion Technology ini merupakan fasilitas untuk menunjang kejuruan Fashion Business Management dan Fashion Technology yang diselenggarakan BBPLK.

Fasilitas tersebut meliputi Studio Produksi, Catwalk, Business Management Fashion, dan Studio Kreasi. Pengembangan kejuruan fashion technology ini merupakan upgrade dari jurusan menjahit di BBPLK Semarang.

Hanif mengungkapkan jika pihaknya terinspirasi dari dua SMK di Kudus yang mampu mengembangkan jurusan Teknologi Informasi dan Tata Busana. "Kemudian saya langsung menghubungi Djarum Foundation yang mendampingi dua SMK itu, bagaimana caranya agar sistem pembelajaran di SMK tersebut bisa diterapkan di BLK," ungkapnya.

Dia menjelaskan, untuk pengembangan Kejuruan Fashion Technology pihaknya menggandeng Indonesia Fashion Chamber (IFC) yaitu lembaga yang selama ini ikut mendampingi SMK di Kudus.

Menurutnya, pengembangan Fashion Technology di BBPLK Semarang dilakukan karena fashion menempati urutan ketiga di bawah kuliner dan kriya, dari 16 subsekstor industri kreatif. Dan subsektor fashion telah mengalami pertumbuhan 8,7% yang bernilai ekspor 8,2 miliar dolar AS atau setara Rp120 triliun pada 2018.

"Itu menjadi kontribusi ekonomi dari industri fashion. Jadi, fashion ini adalah masa depan, selama orang masih ingin pakai baju, industri akan terus hidup," ujar Hanif.

Namun diakuinya, pengembangan kejuruan fashion technology ini juga tak lepas dari tren fashion yang sangat begitu cepat. Pasalnya, orang menjahit yang biasanya mengandalkan baju seragam dan baju-baju pengantin, tapi semua orang memakai baju seperti itu.

"Dari sisi pasar, memang tidak menjanjikan. Namun ketika bertransformasi menjadi fashion technology, mengenalkan beragam bentuk kreasi dan pola konsumssi fashion setiap hari bisa menjadi pasar besar. Apakah bisa menarik pasar, ini tergantung kreativitas dan inovasi," terang dia.

Menaker menambahkan, selama pembelajaran di BBPLK akan diberi pembekalan agar peserta bisa masuk dunia kerja dan memulai wirausaha secara baik. "Yang belum punya skill, jadi punya skill. Yang sudah punya skill, harus bisa up skill. Atau juga yang sudah punya skill, ingin menambah skill di bidang lainnya. Ini kami berikan fasilitas. Output BBPLK ini tak kalah dengan mereka yang lulusan formal," pungkasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0158 seconds (0.1#10.140)