Antisipasi Corona, Produk Herbal SMK Citra Medika Diminati Warga

Rabu, 11 Maret 2020 - 22:40 WIB
Antisipasi Corona, Produk Herbal SMK Citra Medika Diminati Warga
Proses produksi farmasi herbal SMK Citra Medika, Kecamatan Gatak, Sukoharjo. Foto: SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SUKOHARJO - Produk farmasi herbal siswa Kesehatan (SMK) Citra Medika, Kecamatan Gatak, Sukoharjo diminati masyarakat menyusul merebaknya virus corona. Produk hand sanitizer, jamu instan dan masker terjual habis sebagai antisipasi penyebaran virus dari Wuhan, China tersebut.

Kepala SMK Citra Medika, Rian Andrianto mengatakan, produk farmasi herbal buatan siswa diburu warga sejak isu virus corona merebak. Hand sanitizer dan masker paling banyak dicari bahkan stok sempat kosong sejak dua pekan terakhir. “Karena permintaan terus berdatangan, siswa dengan pendampingan guru jurusan farmasi memulai kembali berproduksi,” kata Rian Andrianto, Rabu (11/3/2020).

Pihaknya tidak menemui kendala dalam penyediaan bahan karena seluruhnya dihasilkan dari apotek hidup milik sekolah. “Semua tersedia di sekolah, hanya alkohol sebagai bahan utama hand sanitizer yang memang harus beli,”ungkapnya. Produk herbal buatan siswa tidak dijual bebas, melainkan untuk kalangan sendiri melalui mata pelajaran kewirausahaan.

Sehingga hanya beredar di lingkungan siswa dan instransi kesehatan yang bekerjasama. Dengan adanya informasi penyebaran virus corona, terjadi kenaikan permintaan produk. Pihak sekolah juga meningkatkan jumlah produksi antara 30–40 persen dibanding biasanya. Pengerjaan juga dilakukan sesuai standar kesehatan yang diatur Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Namun diakui, secara hukum belum mengantongi izin. Sehingga hanya melayani pesanan dalam lingkup internal dan instansi yang bekerjasama dengan sekolah. Dengan demikian, keberadaannya belum dijual bebas. Guru farmasi selaku pengampu laboratorium farmasi SMK Citra Medika, Umi Dharmastuti mengatakan, pembuatan produk herbal oleh siswa sudah berlangsung lama karena bagian dari kegiatan praktikum.

Sehingga obat-obatan yang dihasilkan telah memiliki pasar di kalangan siswa sendiri. Proses produksi tetap diawasi kepala laboratorium dalam memantau kualitas penggunaan bahan dan hasil. Dalam sekali pengolahan paling banyak hanya bisa memproduksi 30 item. “Produksi tidak bisa dalam jumlah besar karena siswa juga harus belajar dan tidak bisa fokus ke pengolahan terus,” jelasnya.

Peningkatan permintaan sejumlah obat herbal seperti jahe instan, kunyit instan, masker dan hand sanitizer memicu sekolah kembali berproduksi. Dan tetap memanfaatkan tanaman obat yang dibudidayakan sendiri. “Contohnya, tanaman lidah buaya dijadikan bahan membuat gel hand sanitizer,” imbuhnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7943 seconds (0.1#10.140)