Kronologi Meninggalnya Kiai dan 5 Santriwati di Kolam Galian C Grobogan

Senin, 09 Maret 2020 - 14:50 WIB
Kronologi Meninggalnya Kiai dan 5 Santriwati di Kolam Galian C Grobogan
Kolam bekas tambang galian c di Dusun Sobotuwo, Desa Kronggen, Kecamatan Brati, Grobogan. FOTO/ISTIMEWA
A A A
GROBOGAN - Keluarga besar Pondok Pesantren Perempuan Al-Lathifiyah di Dusun Sobotuwo, Desa Kronggen, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan berduka. Sang kiai dan lima santriwati meninggal dunia tenggelam di kolam bekas tambang galian C yang tak jauh dari lokasi pondok.

Dihubungi SINDOnews, Senin (9/3/2020), Kepala Desa Kronggen, Hardiyono menuturkan kronologi peristiwa duka tersebut. Awalnya, pengasuh Ponpnes Al-Lathifiyah, KH Wahyudi mengajak sejumlah santriwati untuk ikut bersih-bersih di proyek sekolah yang sedang dibangun. Bangunan ini merupakan pengembangan sekolah milik pondok pesantren.

Setelah bersih-bersih, kata Kades, pda pukul 09.00 WIB, para santriwati hendak cuci tangan atau mandi di kolam bekas tambang galian C yang berjarak kurang dari 100 meter sebelah utara proyek sekolah. Kolam bekas galian C itu cukup luas sekitar 7.000 meter persegi dengan kedalaman 2,5 meter. (Baca Juga: Kiai dan Lima Santriwati di Grobogan Tewas Tenggelam di Kolam Galian C)

"Yang satu terpeleset, yang satu menolong, tapi ikut juga (tercebur). Sampai ada delapan santri. Dan kiainya maunya ya menolong, tapi yo ikut ini, ikut meninggal," kata Hardiyono.

Warga yang mengetahui peristiwa itu kemudian berdatangan untuk menolong. Sayangnya, dari delapan yang tenggelam, hanya dua santri yang bisa diselamatkan. Sementara enam lainnya meninggal dunia. "Jenazah korban lalu dibawa ke puskesmas dan diperiksa tim Inafis. Sekarang sudah dikirim ke masing-masing alamat santri," katanya.

Menurut Hardiyono, petugas kepolisian telah mendatangi lokasi kejadian dan memasang police line. Saat musim hujan tambang galian C tersebut memang tidak ada aktivitas pengerukan. Kegiatan penambangan tanah uruk untuk proyek-proyek infrastruktur dan perumahan itu kembali berjalan saat musim kemarau.

"Ini tanah tegalan milik warga, ada pengusaha galian C untuk urukan bangunan di kota. Tadinya bukit dikeruk dengan beckhoe. Pas kemarau tidak ada air, tapi kalau musim hujan kedalaman air mencapai 2,5 meter," katanya.(abdul malik mubarok)
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0797 seconds (0.1#10.140)