Keris Pusaka Pangeran Diponegoro Ditemukan di Belanda

Kamis, 05 Maret 2020 - 11:15 WIB
Keris Pusaka Pangeran Diponegoro Ditemukan di Belanda
Menteri Pendidikan Belanda Ingrid van Engelshoven (paling kiri) bersama Duta Besar Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja (memegang keris Pangeran Diponegoro) dan Direktur Jenderal Museum Dunia Stijn Schoonderwoerd. Foto/OCW/Freek van den Berg
A A A
AMSTERDAM - Senjata pusaka milik Pangeran Diponegoro yang telah lama hilang akhirnya terlacak keberadaannya. Keris Jawa itu ditemukan dalam penelitian koleksi Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda. Ahli Indonesia yang dilibatkan dalam penelitian memastikan bahwa keris yang ditemukan memang milik Pangeran Diponegoro (1785-1855).

Pahlawan nasional Indonesia itu terlahir dengan nama Bendara Raden Mas Antawirya. Dia adalah putra sulung dari Sri Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga dari Kesultanan Yogyakarta.

Semasa hidup, Pangeran Diponegoro menjadi pemimpin perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Dia pernah dipenjara selama Perang Jawa pada 1830. Setelah mengalami kekalahan dan dihukum penjara, ia diasingkan ke Makassar, tempat di mana ia meninggal. Perjuangan lima tahun melawan dominasi Belanda di Jawa telah dirayakan oleh rakyat Indonesia selama bertahun-tahun dan telah menjadi sumber inspirasi bagi pejuang dalam Revolusi Nasional Indonesia dan nasionalisme di Indonesia.

Sejarawan Peter Carey mendata pusaka-pusaka milik Pangeran Diponegoro dalam buku biografi Pangeran Diponegoro, Kuasa Ramalan. Salah satu pusaka Pageran Diponegoro yang hilang, yaitu Keris Kiai Nogo Siluman atau Kiai Naga Siluman.

Diceritakan pusaka itu diambil dari Pangeran Diponegoro setelah dijebak dalam perundingan dengan panglima tentara Belanda dalam Perang Jawa, Hendrik Merkus Baron De Kock, di kediaman Residen Kedu, Valck, pada Minggu, 20 Maret 1830. Kemudian, Keris Kiai Nogo Siluman diserahkan kepada Raja Belanda Willem I sebagai simbol kemenangan atas Diponegoro.

Keris tersebut kini telah diserahkan Menteri Pendidikan Belanda Ingrid Katharina van Engelshoven kepada Duta Besar Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag 3 Maret 2020 pagi.

"Saya senang bahwa penelitian menyeluruh, yang didukung oleh para ahli Belanda dan Indonesia, telah memperjelas bahwa ini adalah keris yang telah dicari sejak lama. Sekarang keris ini akan kembali ke negara tempatnya; Indonesia," katanya, seperti dikutip media lokal, Amstelveenweb, Rabu (4/3/2020).

Menurut laporan media tersebut, keris itu disumbangkan ke Raja Willem I oleh Kolonel Cleerens pada tahun 1831, dan kemudian ditempatkan di Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden. Ketika lembaga ini dibubarkan pada tahun 1883, berbagai koleksinya dibagi di antara berbagai museum di Belanda.

Banyak informasi tentang benda-benda itu hilang, termasuk keris yang telah diserahkan ke Museum Volkenkunde di Leiden oleh Pangeran Diponegoro. Tetapi sebagai hasil penelitian terbaru dari museum itu, yang juga melibatkan para ahli Indonesia, keris itu masih teridentifikasi.

Lantaran menyandang gelar pahlawan nasional Indonesia, setiap warisan yang dikaitkan dengan Pangeran Diponegara memiliki nilai unik. Pada tahun 1975, sebuah komite ahli Belanda dan Indonesia membuat perjanjian tentang transfer benda-benda budaya yang berkaitan dengan orang-orang penting secara historis ke Indonesia.

Dalam konteks itu, berbagai benda peninggalan Pangeran Diponegoro kembali ke Indonesia pada akhir 1970-an, seperti tombak dan pelana. Tetapi keris peninggalnnya sudah hilang pada saat itu dan karena itu tidak dapat dikembalikan. Atas dasar perjanjian 1975, Menteri Van Engelshoven telah memutuskan untuk memindahkan keris, yang merupakan bagian dari Koleksi Seni Nasional Belanda, ke Republik Indonesia.

Mengingat perjanjian yang dibuat pada tahun 1975, penanganan kasus ini adalah khusus dan terpisah dari pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan koleksi kolonial dan Komite Koleksi Kolonial Nasional di bawah Dewan untuk Budaya. Saran komite akan dipublikasikan pada bulan Oktober.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 6.1060 seconds (0.1#10.140)