Ribuan Warga NU Mengenang Dedikasi Gus Dur untuk Bangsa

Minggu, 24 Februari 2019 - 13:22 WIB
Ribuan Warga NU Mengenang Dedikasi Gus Dur untuk Bangsa
KH Mustofa Bisri (Gus Mus) saat memberikan tauziah dalam puncak Haul Gus Dur di Stadion Sriwedari Solo, Sabtu (23/2) malam. FOTO/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SOLO - Ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) dan warga Solo hadir dalam puncak haul ke-9 mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (23/2) malam. Mereka duduk berkhidmat mengenang dedikasi Gus Dur untuk bangsa dan negara.

Dalam puncak Haul Gus Dur, antara lain diisi oleh Profesor Mahfud MD, dan KH Mustofa Bisri (Gus Mus). Dalam testimoninya Mahfud MD menyatakan bahwa Gus Dur merupakan orang yang memiliki banyak julukan. Mulai dari ulama, negarawan, politisi ulung, budayawan, cendekiawan, dan bapak pluralisme. “Gus Dur sering tidak peduli dengan sebutan seperti itu,” kata Mahfud MD.

Bahkan ketika disebut sebagai wali, kata Mahfud MD, dengan gayanya yang khas Gus Dur menjawab bahwa dirinya adalah wali murid. “Kita yang memberi sebutan itu karena dedikasi dan kualitasnya membangun negara ini menuju kehidupan bernegara yuang lebih baik,” tandas mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut. Satu hal dari sekian banyak gelar untuk Gus Dur, sosoknya sering disebut sebagai Bapak demokrasi Indonesia.

Sebab Gus Dur meyakini bahwa pilihan cara hidup bernegara yang paling tepat untuk Indonesia adalah demokrasi. Sebab Indonesia merupakan negara yang sangat majemuk. Mulai dari ribuan pulau, dan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, ribuan suku bangsa, dan ratusan bahasa daerah. Selain itu juga terdapat enam agama yang resmi, serta keyakinan.

Sehingga untuk mengatur semua itu dalam kehidupan bernegara agar kuat, yang paling tepat adalah mekanisme demokrasi. Sebab di dalam demokrasi semua akan diuntungkan, semua diberi kesempatan. Pengabdian yang dilakukan Gus Dur melalui cara cara yang demokratis. Bahkan ketika Gus Dur mau dijatuhkan saat menjadi Presiden, ia tetap tidak ingin ada kekerasan dalam politik.

Gus Dur ingin persoalan bangsa dibicarakan dengan baik baik. Gus Dur juga pernah menyampaikan bahwa membangun negara bersadarkan mekanisme demokrasi, ada prinsip yang harus diingat. Yakni ada kebebasan, ada kesamaan perlakuan, serta dalam kebebasan dan kesamaan perlakuan, ada jaminan kebersatuan. Dengan demikian, jangan sampai merusak keutuhan bangsa dan negara. Pesan Gus Dur pada saat ini kembali terasa sangat penting karena tengah berlangsung pemilu.

Sementara itu, salah satu puteri Gus Dur Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid mengemukakan bahwa ayahnya senang mengutip kalimat Imam Ghozali, yakni hidup itu adalah cinta dan ibadah. “Melalui haul, kita semua bisa meneruskan toleransi Gus Dur menebarkan cinta kepada sesama warga bangsa,” ungkap Yenny Wahid. Sementara, puncak Haul Gus Dur ke-9 diisi oleh KH Mustofa Bisri atau Gus Mus.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9398 seconds (0.1#10.140)