Tinggi Kolom Letusan Merapi 6 Km, Kali Kedua Sejak Berstatus Waspada
A
A
A
YOGYAKARTA - Kolom letusan Gunung Merapi yang terjadi pada pagi tadi cukup tinggi, mencapai 6.000 meter. Ini merupakan kali kedua kolom letusan setinggi 6 km sejak Gunung Merapi berstatus waspada pada 2018 lalu.
"(sebelumnya) Pernah terjadi di Bulan Mei 2018 lalu, juga ketinggian kolom 6 km. Sejak naik ke level waspada, ini kali kedua kolom letusan tertinggi," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida kepada SINDOnews di kantor BPPTKG, Yogyakarta, Selasa (3/3/2020).
Menurutnya, ketinggian kolom letusan Merapi disebabkan banyaknya konten gas dalam letusan. Meskipun juga terjadi magmatis, tapi sebagian besar didominasi gas. "Jadi ketinggian kolom ini karena konten gas," katanya.(Baca Juga: Gunung Merapi Meletus, Kolom Letusan Capai 6 Km di Atas Puncak)
Dominasi gas ini sama seperti letusan sebelumnya. Pada 13 Februari lalu, Gunung Merapi juga erupsi eksplosif dengan dominasi gas sehingga ketinggian kolom mencapai 2 kilometer. "Yang perlu diantisipasi adalah hujan abu. Untuk itu masyarakat diimbau mengenakan masker," katanya.
Dalam pengamatan BPPTKG tidak ada deformasi sebelum letusan terjadi. Dengan demikian letusan eksplosif bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa ada deformasi sebelumnya. "Kita tunggu apakah magma akan muncul ke permukaan, kalau terjadi pasti kita sampaikan informasinya," ujar Hanik.
Keluarnya gas ini merupakan bagian dari proses intrusi magma. Tidak ada data yang menunjukkan seismik meningkat karena memang gas murni berasal dari dalam. "Kubah lava memang mengalami penurunan. Ini karena kubah lava sudah terlontar," katanya.(Baca Juga: Warga Selo Boyolali Dengar Suara Gemuruh saat Erupsi Gunung Merapi)
Hanik berharap masyarakat tidak perlu panik karena memang tidak menimbulkan dampak berbahaya akibat erupsi tersebut. "Jangan mudah percaya informasi hoaks, kita akan sampaikan terus informasi berkala dan status Merapi juga masih waspada atau level II," katanya.
"(sebelumnya) Pernah terjadi di Bulan Mei 2018 lalu, juga ketinggian kolom 6 km. Sejak naik ke level waspada, ini kali kedua kolom letusan tertinggi," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida kepada SINDOnews di kantor BPPTKG, Yogyakarta, Selasa (3/3/2020).
Menurutnya, ketinggian kolom letusan Merapi disebabkan banyaknya konten gas dalam letusan. Meskipun juga terjadi magmatis, tapi sebagian besar didominasi gas. "Jadi ketinggian kolom ini karena konten gas," katanya.(Baca Juga: Gunung Merapi Meletus, Kolom Letusan Capai 6 Km di Atas Puncak)
Dominasi gas ini sama seperti letusan sebelumnya. Pada 13 Februari lalu, Gunung Merapi juga erupsi eksplosif dengan dominasi gas sehingga ketinggian kolom mencapai 2 kilometer. "Yang perlu diantisipasi adalah hujan abu. Untuk itu masyarakat diimbau mengenakan masker," katanya.
Dalam pengamatan BPPTKG tidak ada deformasi sebelum letusan terjadi. Dengan demikian letusan eksplosif bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa ada deformasi sebelumnya. "Kita tunggu apakah magma akan muncul ke permukaan, kalau terjadi pasti kita sampaikan informasinya," ujar Hanik.
Keluarnya gas ini merupakan bagian dari proses intrusi magma. Tidak ada data yang menunjukkan seismik meningkat karena memang gas murni berasal dari dalam. "Kubah lava memang mengalami penurunan. Ini karena kubah lava sudah terlontar," katanya.(Baca Juga: Warga Selo Boyolali Dengar Suara Gemuruh saat Erupsi Gunung Merapi)
Hanik berharap masyarakat tidak perlu panik karena memang tidak menimbulkan dampak berbahaya akibat erupsi tersebut. "Jangan mudah percaya informasi hoaks, kita akan sampaikan terus informasi berkala dan status Merapi juga masih waspada atau level II," katanya.
(amm)