Batik Pewarna Lumpur, Hadirkan Warna Khas dan Kenangan di Sawah

Minggu, 01 Maret 2020 - 09:00 WIB
Batik Pewarna Lumpur, Hadirkan Warna Khas dan Kenangan di Sawah
Seorang perajin batik di Kendal sedang melakukan pewarnaan kain batik dengan lumpur. FOTO/iNews/EDDIE PRAYITNO
A A A
KENDAL - Sebagian orang menganggap lumpur adalah kotoran yang tidak berguna dan harus dibersihkan. Tapi siapa sangka lumpur sawah ternyata bisa juga dimanfaatkan untuk pewarna alami batik. Seperti yang dilakukan perajin batik di Desa Lanji, Kecamatan Patebon, Kendal.

Lumpur sawah ini menjadi bahan utama pewarna alami yang mempunyai corak dan warna yang tidak kalah dengan pewarna sintetis. Lumpur yang digunakan untuk pewarna kain batik diambil dari rumah binatang yuyu karena bersih dan halus.

Proses pewarnaan batik dengan lumpur memerlukan waktu cukup lama. Lumpur yang sudah disiapkan ditaruh di ember dan diberi air secukupnya. Dilakukan penyaringan agar mendapatkan lumpur yang tidak terlalu encer dan pekat.

Selanjutnya kain putih yang sudah dilukis dicelupkan dalam cairan lumpur sampai merata, kemudian dijemur. Pencelupan seperti itu dilakukan sekitar 15 kali untuk menghasilkan warna yang baik. Agar warna kain batiknya bervariasi, maka bisa dipadukan dengan warna lain.

Batik Pewarna Lumpur, Hadirkan Warna Khas dan Kenangan di Sawah


Pemilik batik lumpur, Widji Astutik mengatakan, ide menggunakan lumpur untuk pewarna batik itu berdasarkan pengalaman yang sering dilihat sehari-hari. Tepatnya setelah mengamati baju ayahnya yang sering terkena lumpur di sawah ternyata bekas lumpurnya sulit dihilangkan, walaupun sudah dicuci berkali-kali.

"Tidak hanya itu corak yang dihasilkan dari bekas lumpur sawah juga terkesan alami dan menarik," kata Widji.

Kerajinan batik milik Widji lebih sering menggunakan pewarna alam karena tidak meninggalkan limbah kimia. Pewarna sintetis dinilai tidak ramah lingkungan. Meski begitu, kata Widji, kain batik dengan pewarna sintetis lebih banyak digemari masyarakat daripada kain batik dengan pewarna alami. Selain warnanya lebih terang, harganya pun lebih murah.

"Karena prosesnya cukup lama, hasilnya pun bagus dan memiliki warna khas, maka harga kain batik pewarna lumpur berkisar Rp400.000 hingga Rp900.000 per lembar," kata Widji. Meski tidak murah, orang-orang tertentu, utamanya mereka yang mencintai lingkungan, lebih suka batik dengan pewarna alami.

Pemasaran batik lumpur buatan Widji sudah menyebar ke seluruh Kendal dan sejumlah daerah di Jawa Tengah. Tertarik dengan batik lumpur ini? silakan mampir jika melintas di Kendal, dijamin kualitasnya tidak kalah dengan batik tulis lainnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1182 seconds (0.1#10.140)