Solo Imlek Festival, Inayah Wahid Berikan Orasi Kebangsaan

Sabtu, 23 Februari 2019 - 01:51 WIB
Solo Imlek Festival, Inayah Wahid Berikan Orasi Kebangsaan
Puteri mantan Presiden Gus Dur, Inayah Wahid saat menghadiri acara Solo Imlek Festival di Balaikota Solo dan memberikan orasi kebangsaan, Jumat (22/2/2019) malam. FOTO/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SOLO - Puteri mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), Inayah Wahid memberikan orasi kebangsaan dalam acara Solo Imlek Festival yang digelar di Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (22/2/2019) malam. Puteri bungsu Gus Dur tersebut kembali mengulas latarbelakang kebijakan ayahnya memutuskan Imlek sebagai hari raya resmi di Indonesia.

Gus Dur memutuskan Imlek sebagai hari raya masyarakat Thionghoa merupakan keputusan yang tidak lama. Kala itu, Gus Dur tengah jalan pagi bersama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Mereka saling bertukar cerita, di antaranya sebentar lagi akan ada tahun baru Cina namun mereka tak bisa merayakan dengan bebas. “Gus Dur lalu dengan tenangnya bilang oh ya sudah kita rayakan Imlek, dan Konghucu menjadi agama keenam secara resmi,” ucap Inayah Wahid dalam orasi kebangsaan dalam rangka Solo Imlek Festival di Balaikota Solo, Jumat (22/2/2019) malam.

Kebijakan itu sangat cepat dibuat namun tidak terburu buru atau sembrono. Hal itu lahir dari pemikiran yang panjang tentang kemanusiaan. Gus Dur sangat meyakini Imlek, Konghucu atau identitas lainnya yang dimiliki manusia, tidak bisa serta merta dibatasi begitu saja.

Dalam orasinya, Inayah Wahid memilih menggunakan kata Cina daripada Thionghoa karena ingin mengembalikan kepada artinya agar netral. Sebab selama puluhan tahun oleh rezim sebelumnya, kata Cina menjadi sesuatu yang buruk dan sudah saatnya memutus hal itu. Baginya, tidak ada yang buruk dari kata Cina karena itu adalah indentitas manusia.

Ketika identitas dikembalikan, dan kemerdekaan dikembalikan, maka yang menanggung untung bukan kelompok itu saja tapi semuanya. “Pada 25 tahun lalu, mungkin mau merayakan Imlek saja ketakutan. Hari ini kita menikmatinya dengan tenang dan suka cita,” paparnya.

Hal itu hanya dibutuhkan satu kebijakan sangat sangat cepat untuk mengubahnya. Sehingga memerdekakan manusia, mengakui keberadaan saudara sendiri dan eksistensinya, bukan hanya baik untuk kemanusiaan. “Tapi juga membantu kita untuk tidak kemudian membatasi keuntungan kita sendiri,” urainya. Dirinya berharap Imlek tahun ini semakin meriah, dan semakin mengingatkan tentang Indonesia.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.9015 seconds (0.1#10.140)