Tertunduk Lesu, Tiga Tersangka Jelaskan Susur Sungai SMPN 1 Turi

Selasa, 25 Februari 2020 - 18:15 WIB
Tertunduk Lesu, Tiga Tersangka Jelaskan Susur Sungai SMPN 1 Turi
Para tersangka kasus susur sungai SMPN 1 Turi menjelaskan insiden tersebut di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020). FOTO/SINDOnews/SUHARJONO
A A A
SLEMAN - Para tersangka kasus susur sungai SMPN 1 Turi yang menyebabkan 10 siswa meninggal dunia, hanya bisa tertunduk lesu saat diminta menjelaskan insiden tersebut di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020). Mereka menyesal atas peristiwa yang terjadi pada Jumat (21/2/2020).

Tersangka IY yang memiliki ide susur sungai mengatakan, dirinya sudah melakukan pengecekan sungai sebelum kegiatan dilakukan. Saat susur sungai dimulai, cuaca masih bersabahat.

"Pukul 13.15 WIB, kami menyiapkan anak-anak dan pukul 13.30 WIB, memberangkatkan anak-anak, cuaca masih belum hujan. Saya cek sungai di atasnya, airnya tidak deras dan landai. Di tempat start, airnya juga tidak masalah. Di situ juga ada teman saya yang biasa mengurusi susur sungai. Saya yakin saja tidak terjadi apa-apa," katanya kepada wartawan di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020). (Baca Juga: Ini Alasan Polisi Tetapkan Tiga Tersangka Kasus Susur Sungai Maut)

Menurutnya, kegiatan susur sungai sebagai bentuk latihan karakter agar para siswa memahami sungai. Sebab, sebagian besar mereka juga jarang main ke sungai atau menyusuri sungai. "Kita kenalkan ini lho sungai. Mereka berjalannya juga di pinggir," tuturnya.

Tersangka R menambahkan, saat kejadian dia menggantikan piket di sekolah. Dia mengaku tidak menyukai kegiatan susur sungai. Namun, waktu itu, dia tidak bisa berbuat banyak dan memilih menyetujui saat muncul ide susur sungai. "Akhirnya waktu itu saya menggantikan piket, karena setiap anak susur sungai, harus ada pencatatan. Jadi waktu itu saya menunggui di sekolah," ungkap Ketua Gugus Depan SMPN 1 Turi ini.

Diakui R, saat ratusan siswa berangkat dari sekolah, kondisi langit memang mendung. Namun hanya mendung tipis. "Memang di sebelah timur yang mendung tebal. Terus terang untuk lokasi tidak tahu, saya salah besar sekali sebagai orang yang dituakan," katanya. (Baca Juga: Merasa Bersalah dalam Susur Sungai, Guru SMPN 1 Turi Minta Maaf)

Guru yang tinggal dua tahun mengabdi tersebut bercerita dengan nada berat. Dia pun menceritakan kebiasaannya tetap berada di sekolah sampai semua siswa pulang. Dia mengaku di sisa pengabdiannya dicurahkan untuk sekolah tersebut.

Sementara, tersangka DS dengan terisak menyampaikan permintaan maaf kepada institusinya dan keluarga korban. Dia pun mengaku pasrah dan menyerahkan proses hukum di kepolisian. "Ini sudah menjadi risiko bagi kami. Kami sudah siap menanggungnya. Semoga keluarga korban memaafkan kami," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1032 seconds (0.1#10.140)