Cerita Carolina Marin, Juara Dunia Bulu Tangkis asal Spanyol

Selasa, 25 Desember 2018 - 17:00 WIB
Cerita Carolina Marin, Juara Dunia Bulu Tangkis asal Spanyol
Butuh jalan panjang untuk Carolina Marin untuk menjadi juara dunia. FOTO/REUTERS
A A A
MUMBAI - Carolina Marin menjadi semacam anomali dalam dunia bulu tangkis. Berasal dari negara tidak memiliki akar badminton, tapi tunggal putri asal Spanyol ini justru mampu menyandang predikat juara dunia dan meraih emas Olimpiade.

Gelar juara dunia berhasil disabetnya di Nanjing, China pada Agustus 2018. Di final, Marin sukses mengandaskan perlawanan duta India, Pusarla Sindhu. Gelar tersebut menambah prestasi mentereng dunia lainnya, sebab sebelumnya Marin juga sudah mengoleksi gelar yang sama pada 2014 dan 2015.

"Saya ingin menjadi pemain terbaik dalam sejarang bulu tangkis. Sangat mudah mengatakannya, namun sulit bahkan teramat sulit untuk dilakukannya. Saya siap melakukan apa saja guna mendapatkannya," ungkap Marin dalam wawancara dengan Reuters. "Saya ingin memenangkan satu medali olimpiade lagi dan minum dua kejuaraan dunia lagi," sambungnya.

Tapi publik mungkin tak ada yang tahu betapa beratnya perjuangan Marin untuk meraih semua prestasi tersebut. Berkat kegigihannya ia pun dijuluki Rafael Nadal di bulu tangkis. Marin sukses meruntuhkan hegemoni pemain Asia di Olimpiade Rio 2016 ketika merebut emas.

"Bulu tangkis tidak begitu populer di Spanyol. Saya hanya bermain bulu tangkis hanya sebagai hobi. Saya sama sekali tak pernah berpikir sebelumnya akan menjadi juara dunia."

"Ketika saya pindah ke pusat pelatihan nasional pada usia 14 tahun, kemudian saya mulai berpikir tentang apa yang saya inginkan, menjadi pemain bulu tangkis. Saya hanya ingin menjadi yang terbaik di dunia," bebernya.

"Mungkin saya tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata. Tidak mungkin untuk menjelaskan. Saya harus bekerja keras untuk membuat mimpi saya jadi kenyataan. Sata harus membuat begitu banyak pengorbanan. Itu benar-benar sulit."

Sejak meraih emas di Rio, Marin kerap mengalami cedera. Bahkan ia sempat melupakan tampil di BWF World Tour Finals karena cedera kaki kanan.

Cedera yang dialami Marin ini tak lepas dari ketatnya jadwal pertandingan yang digulirkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) di mana seorag pemain papan atas harus bertanding di 12 turnamen. Karenanya ia berharap BWF harus memkirkan ulang soal aturan ini karena akan merugikan para pemain.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.3478 seconds (0.1#10.140)