Rencana Ganjar Pindahkan Siswa Korban Bullying ke SLB Dikritik

Selasa, 18 Februari 2020 - 21:05 WIB
Rencana Ganjar Pindahkan Siswa Korban Bullying ke SLB Dikritik
Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) Profesor Munawir Yusuf saat memberikan keterangan pers, Selasa (18/2/2020). Foto/SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SOLO - Pernyataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tentang upaya pemindahan siswa berkebutuhan khusus korban perundungan di Purworejo dari sekolah inklusi ke Sekolah Luar Biasa (SLB) disorot Pengurus Pusat Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI). Rencana itu secara akademik dinilai meruntuhkan falsafah pendidikan inklusif.

Ketua Umum APPKhI Indonesia Profesor Munawir Yusuf mengungkapkan, pihaknya tidak ingin menyalahkan Gubernur Ganjar Pranowono. Hanya, solusi yang ditawarkan dengan memindahkan anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah inklusi ke SLB menjadi titik poin perhatiannya. "Meski SLB juga untuk sekolah anak berkebutuhan khusus," kata Munawir Yusuf, Selasa (18/2/2020).

Namun memindahkan anak ketika mengalami perundungan ke SLB, maka secara akademik meruntuhkan falsalah pendidikan inklusif. Sejak 2000 sampai sekarang, lanjutnya, APPKhI telah berupaya menggerakkan pendidikan inklusif di Indonesia. Beberapa sekolah dan masyarakat sudah sangat sadar bahwa mereka punya hak untuk bersekolah di sekolah reguler.

Tetapi ketika Ganjar Pranowo mewacanakan solusi memindahkan ke SLB, maka anak diposisikan menjadi korban lagi karena bersekolah di sekolah yang tidak dikendaki. Sehingga pihaknya tidak ingin langkah itu selanjutnya menjadi referensi ketika anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan di sekolah reguler, maka berduyun-duyun dipindahkan ke SLB. "Ini yang tidak kami harapkan," katanya.

Pihaknya menawarkan solusi jika lingkungan sekolah itu menggambarkan belum kondusif untuk anak anak berkebutuhan khusus, maka lingkungannya yang harus diubah dengan cara pemerintah menyediakan sumberdaya yang cukup. Sehingga, sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif dapat melayani semua siswa dengan baik.

Menyikapi beberapa kasus perundungan, semestinya harus diberikan tindakan yang tegas. Rencana penutupan sekolah sebagaimana statemen Ganjar Pranowo juga dinilai solusi yang kurang bijaksana. Sebab masih mending ada sekolah yang membantu menampung anak-anak berkebutuhan khusus. "Yang diberikan tindakan orang-orangnya, bukan sekolahnya," kata Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini.

Pihaknya mengimbau agar rencana Gubernur memindahkan siswa di Purworejo yang menjadi korban perundungan ke SLB untuk diurungkan. Jika dipindahkan, maka tentunya ke sekolah inklusi lainnya. "Dan syukur-syukur ke sekolah negeri yang dapat difasilitasi pemerintah," kata Ketua Senat FKIP UNS tersebut.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9785 seconds (0.1#10.140)