Pengamat: Perlu Edukasi dan Pendampingan Bagi Anak soal TikTok

Sabtu, 15 Februari 2020 - 17:30 WIB
Pengamat: Perlu Edukasi dan Pendampingan Bagi Anak soal TikTok
Tiga remaja asing melakukan permainan berbahaya dalam aplikasi daring. Foto/Medsos
A A A
YOGYAKARTA - Baru-baru ini beredar video prank yang berbahaya di TikTok. Video prank tersebut berisi tiga orang. Dua orang di kanan dan kiri melompat, lalu orang di tengah hanya melihat dan saat gilirannya melompat, orang di tengah lalu ditekel dua orang di kanan dan kiri. Sehingga orang ditengah itu terjatuh.

Hal ini tentunya sangat membahayakan jika ditirukan khususnya anak-anak usia sekolah. Sebab berpotensi terjadinya cidera, seperti patah tulang maupun syaraf yang bisa menyebabkan kebutan.

Mengenai Fenomena ini pengamat Pendidikan dan Sekolah Lembaga Ombudsmen (LO) DIY, Suki Ratnasari mengatakan aplikasi TikTok yang menampilkan video seperti gerakan jungkir balik dan lainnya lalu di posting di media sosial (medsos) merupakan aplikasi hiburan. Hanya saja memang ada gerakan-gerakan yang berpotensi membahayakan dan bila ada kesalahan akan berdampak fatal bagi yang melakukannya.

“Video prank tiga orang itu memang kelihatan seru tapi bisa membahayakan bila melakukan kesalahan. Seperti patah tulang bahkan jika syarafnya yang kena bisa menyebabkan kebutaan. Sehingga berpotensi menjadi disabilitas. Karena itu harus ada edukasi kepada anak-anak, terutama mana gerakan TikTok yang dapat dilakukan dengan aman dan tidak,” papar Kiki sapaan Suki Ratnasari, Sabtu (15/2/2020).

Kiki menjelaskan, pada prinsipnya sama dengan pengunaan medsos lainnya, yaitu bagaimana medsos ini bisa berfungsi secara sosial dan tidak menyebabkan ada repitisi yang kemudian berpotensi membahayakan dengan ada peniruan-peniruan tersebut. khususnya oleh anak usia sekolah.

“Jadi memang harus proposional menyikapi ini. Sebab medsos di mana-mana memiliki dua sisi, yaitu positif dan negatif sehingga kita harus mengedukasi anak untuk memahani risiko yang negatif itu,” paparnya.

Menurut Kiki, sebagai antisipasi dan solusinya, harus ada pendidikan atau edukasi mengenai risiko sosmed. Yaitu bagaimana pengunaan yang aman dan tidak memicu adaya dampak yang membahayakan bagi pengunanya.

“Selain itu, orang tua harus mendampingi anak-anaknya saat mengakses aplikasi dan memberi pengertian yang akan timbul saat melakukan ini dan itu,” jelasnya. (Baca Juga: Hati-hati! Demam Video Prank Berbahaya di TikTok(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2592 seconds (0.1#10.140)