Nama Resmi Virus Corona, WHO: COVID-19

Rabu, 12 Februari 2020 - 12:55 WIB
Nama Resmi Virus Corona, WHO: COVID-19
WHO mengumumkan nama resmi untuk coronavirus yang mematikan dan pertama kali diidentifikasi di China yaitu COVID-19. Foto/Vanguardngr.com
A A A
JAKARTA - Virus corona baru yang pertama kali teridentifikasi di Wuhan, China akhirnya memiliki nama resmi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai COVID-19.

"Kami sekarang memiliki nama untuk penyakit ini dan itu adalah COVID-19. "Co" berarti corona, "vi" untuk virus, dan "d" untuk penyakit," kata Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss
seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Rabu (12/2/2020).

WHO mengungkapkan, harus menemukan nama yang tidak merujuk ke lokasi geografis, hewan, individu, ataupun kelompok orang, dan nama yang juga dapat diucapkan serta terkait dengan penyakit tersebut. Hal ini sesuai dengan pedoman yang sudah disepakati antara WHO dan antarpemerintah lain.

Dr Ghebreyesus menjelaskan tentang pentingnya memiliki nama resmi untuk virus tersebut. Di mana pemberian nama dapat membantu mencegah penggunaan nama lain yang bisa tidak akurat atau menstigmatisasi. "Ini juga memberi kita format standar untuk digunakan pada wabah coronavirus di masa depan," katanya.

WHO sebelumnya memberi virus itu nama sementara sebagai penyakit pernapasan akut 2019-nCoV.
Di sisi lain, Komisi Kesehatan Nasional China pekan ini mengatakan, sementara waktu menyebut coronavirus sebagai pneumonia coronavirus.

Berbicara pada hari pertama konferensi ilmiah internasional di Jenewa yang akan melihat kemungkinan opsi vaksin untuk memerangi virus, Dr. Ghebreyesus juga mengatakan, dirinya melihat peluang realistis untuk menghentikan wabah.

"Jika berinvestasi sekarang, kita memiliki peluang yang realistis untuk menghentikan wabah ini. Kita bukan tidak berdaya," ujarnya.

"Kita harus menggunakan jendela peluang saat ini untuk memukul keras dan berdiri bersama demi melawan virus ini di setiap sudut. Jika tidak, kita bisa memiliki lebih banyak kasus dan biaya yang jauh lebih tinggi," katanya.

Menurut Dr. Ghebreyesus, vaksin pertama yang menargetkan coronavirus dapat tersedia dalam 18 bulan. "Jadi kita harus melakukan semuanya hari ini menggunakan senjata yang tersedia," kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, coronavirus diidentifikasi di Wuhan, China pada 31 Desember 2019. Virus ini telah menyebar ke lebih dari 20 negara. Selain itu, lebih dari 1.000 orang dinyatakan meninggal dan lebih dari 43.000 orang telah terinfeksi, sebagian besar tinggal di China.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.5780 seconds (0.1#10.140)