Warga Banjarnegara Tak Lulus SD Ciptakan EWS Longsor Canggih

Jum'at, 15 Februari 2019 - 19:35 WIB
Warga Banjarnegara Tak Lulus SD Ciptakan EWS Longsor Canggih
Sudarsono, warga Banjarnegara memperlihatkan alat EWS longsor. FOTO/IST
A A A
SEMARANG - Sebuah alat Early Warning System (EWS) bencana tanah longsor dipamerkan saat acara Rapat Koordinasi (Rakor) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng di Semarang pada Rabu (13/2/2019) lalu. Alat bernama Elwasi (Eling, Waspada lan Siaga) tersebut menarik perhatian peserta rapat yang dipimpin oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala BNPB Letjen Doni Manardo.

Siapa sangka, alat hebat yang berguna untuk mendeteksi pergerakan tanah tersebut diciptakan oleh orang biasa saja. Jangankan sarjana, pencipta alat tersebut ternyata orang tidak lulus sekolah dasar.

Dia adalah Sudarsono (45), warga desa Kalimandi, Kecamatan Klampok, Banjarnegara. Meski berpendidikan rendah, tapi pria yang sehari-hari mengabdikan dirinya sebagai staf di BPBD Banjarnegara tersebut mampu menciptakan alat yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah rawan bencana longsor.

"Saya sehari-hari di BPBD Banjarnegara. Ide awal membuat alat ini karena keprihatinan saya, masih banyak daerah rawan longsor yang belum dipasang EWS," kata Sudarsono mengawali obrolan. (Baca Juga: Rumah Warga Temanggung Rusak Diterjang Tanah Longsor)

Ia mencermati EWS longsor yang terpasang di beberapa tempat. Dengan mengamati itu, ia berfikir bahwa dirinya mampu membuat alat serupa, dengan bahan baku yang lebih murah. "Sehingga dapat lebih bermanfat bagi masyarakat. Lalu pada 2017, saya mulai mencoba membuat alat ini," katanya.

Sudarsono mengatakan membuat alat itu hanya dengan mengandalkan insting dan otodidak. Berbekal kemampuannya memperbaiki alat-alat elektronik, akhirnya ia mampu menciptakan alat tersebut dengan biaya tidak lebih dari Rp5 juta.

"Saya ndak punya ijazah, SD saja tidak lulus. Namun dulu saya pernah mengabdi di rumah Pak Carik di desa, nah anaknya itu sekolah di jurusan elektronik. Saya sering diminta membantu memperbaiki berbagai peralatan elektronik, jadi sedikit-sedikit paham," katanya.

Berbekal pengalaman itu, dia membuka bengkel elektronik kecil-kecilan di rumahnya. Dari ilmu yang didapat otodidak, ia memahami dunia elektronik dan merasa yakin bisa membuat alat tersebut.
Pembuatan Elwasi sendiri dilakukan di rumahnya. Dengan peralatan sederhana yang ia punya, Sudarsono mampu menciptakan karya agung itu.

"Ternyata tidak sulit, bahan bakunya juga bisa menggunakan yang ada di desa-desa saya, jadi harganya murah," imbuhnya. (Baca Juga: Pemilik Salon Terbawa Longsor Saat Pengkas Rambut Konsumennya)

Meski sederhana, tapi alat buatan Sudarsono tersebut mendapat apresiasi banyak pihak. Bahkan, di ajang lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Kreanova) yang digelar Pemkab Banjarnegara, alat yang diciptakan Sudarsono itu berhasil menyabet juara satu.

"Setelah itu, saya semakin termotivasi untuk menyempurnakan alat ini. Sekarang saya sudah membuat lima alat, beberapa sudah dipasang di daerah rawan bencana. Ada yang di Banjarnegara, ada pula yang di Sukabumi," katanya.

Elwasi sendiri dibuat dengan beberapa komponen. Di antaranya panel yang disambungkan dengan aki, kemudian di bagian atas ada panel tenaga surya sebagai sumber energi. Di alat tersebut juga terdapat tali yang dipasang di tanah yang rawan longsor. Selain itu, ada lampu dan speaker sirene di bagian atas alat tersebut.

"Cara kerjanya, alat ini di pasang di daerah rawan dengan tali dibentangkan di tanah yang rawan longsor. Saat tanah bergerak, tali akan tertarik dan sirene akan berbunyi. Suara akan terdengar sekitar satu kilometer, sehingga kalau mendengar suara sirene, maka dipastikan ada pergerakan tanah dan masyarakat sekitar bisa langsung menyelamatkan diri," paparnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.8815 seconds (0.1#10.140)