Dinkes Gunungkidul Ngotot Antraks Bukan KLB
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Penetapan kejadian luar biasa (KLB) antraks di Gunungkidul oleh Kementerian Kesehatan tidak ditindaklanjuti pemkab setempat. Dinas Kesehatan Gunungkidul menyatakan 30 warga di empat kecamatan yang dinyatakan positif antraks bukan menjadi kejadian luar biasa.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, pihaknya sudah menjalankan prosedur penangan antraks pada manusia. Hal ini dibuktikan dengan membaiknya semua pasien yang dinyatakan positif antraks. "Dari semua pasien sudah ditangani dengan baik," terangnya kepada SINDOnews, Kamis (30/1/2020).
Dijelaskannya, penyakit antraks hingga saat ini belum sampai pada penyebaran antara ke manusia lainnya. Namun dari hewan yang terpapar antraks ke manusia."Antibiotik untuk pengobatan antraks sudah kami sediakan di semua puskesmas. Sehingga tidak perlu khawatir," bebernya.
Menurut Dewi, semua pasien antraks dan warga di sekitar wilayah antraks juga diberikan antibiotik. Langkah ini sudah dilakukan sejak 27 warga di Desa Gombang terkena antraks. "Dan di lokasi itu juga bisa dikendalikan. Artinya tidak bertambah," kata dia.
Ketika disinggung persebaran di tiga kecamatan lain, Dewi mengaku kasus tersebut ada yang berbeda. Sekali lagi, dia mengaku bahwa mereka terpapar antraks karena bersentuhan langsung dengan hewan terpapar antraks.
"Kemungkinan karena mereka bekerja sebagai jagal sapi atau petani yang menggarap lahan dengan kotoran ternak dari hewan terpapar antraks," pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, pihaknya sudah menjalankan prosedur penangan antraks pada manusia. Hal ini dibuktikan dengan membaiknya semua pasien yang dinyatakan positif antraks. "Dari semua pasien sudah ditangani dengan baik," terangnya kepada SINDOnews, Kamis (30/1/2020).
Dijelaskannya, penyakit antraks hingga saat ini belum sampai pada penyebaran antara ke manusia lainnya. Namun dari hewan yang terpapar antraks ke manusia."Antibiotik untuk pengobatan antraks sudah kami sediakan di semua puskesmas. Sehingga tidak perlu khawatir," bebernya.
Menurut Dewi, semua pasien antraks dan warga di sekitar wilayah antraks juga diberikan antibiotik. Langkah ini sudah dilakukan sejak 27 warga di Desa Gombang terkena antraks. "Dan di lokasi itu juga bisa dikendalikan. Artinya tidak bertambah," kata dia.
Ketika disinggung persebaran di tiga kecamatan lain, Dewi mengaku kasus tersebut ada yang berbeda. Sekali lagi, dia mengaku bahwa mereka terpapar antraks karena bersentuhan langsung dengan hewan terpapar antraks.
"Kemungkinan karena mereka bekerja sebagai jagal sapi atau petani yang menggarap lahan dengan kotoran ternak dari hewan terpapar antraks," pungkasnya.
(nun)